NPSN : 60714452 | NSM : 111235030055 | IJOB NO. : MIS/03.0055/2017 | AKTE NOTARIS : NO. 4, MUNYATI SULLAM, S.H., M.H. | Pengesahan Akta Notaris : AHU-119.AH.01.08.TAHUN 2013 / 26 JUNI 2013 | Tanggal Pendirian : 01 JANUARI 1965

Selasa, September 30, 2025

Pembinaan Karakter dan Motivasi Belajar Siswa MI Watuagung oleh Pembina Ekstrakurikuler


Watuagung, 30 September 2025 — Madrasah Ibtidaiyah (MI) Watuagung, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, kembali menunjukkan komitmennya dalam menanamkan nilai karakter dan semangat belajar kepada para peserta didik. Pada hari Selasa, 30 September 2025, MI Watuagung menggelar kegiatan pembinaan karakter siswa yang dipandu langsung oleh Bapak Murdiyanto, Pembina Ekstrakurikuler Pendidikan Kepramukaan.

Kegiatan yang diikuti oleh 20 siswa-siswi MI Watuagung ini berlangsung meriah dan penuh makna. Diawali dengan penyampaian materi motivasi belajar, Bapak Murdiyanto mengingatkan pentingnya kesungguhan dan disiplin dalam menuntut ilmu. “Belajar bukan hanya untuk meraih nilai tinggi, tetapi juga untuk membentuk akhlak, kemandirian, dan jiwa kepemimpinan yang kuat,” ujarnya di hadapan para siswa.


Untuk membangkitkan semangat kebangsaan, acara dilanjutkan dengan menyanyikan lagu-lagu nasional dan kebangsaan. Suasana semakin hidup ketika para siswa bersama-sama meneriakkan yel-yel khas MI Watuagung yang membakar semangat kebersamaan. Ice breaking interaktif juga dilakukan untuk mencairkan suasana, sehingga siswa lebih antusias mengikuti seluruh rangkaian kegiatan.

Setelah sesi motivasi dan penguatan karakter, kegiatan beralih ke halaman sekolah dengan praktik langsung keterampilan kepramukaan. Para siswa dilatih baris-berbaris menggunakan tongkat, mengenal berbagai formasi barisan, serta berlatih pionering melalui keterampilan tali-temali. Aktivitas ini bukan hanya melatih kedisiplinan dan kekompakan, tetapi juga menumbuhkan kreativitas dan ketangguhan dalam menghadapi tantangan.

Salah satu siswa mengungkapkan kesan positifnya, “Saya senang sekali bisa belajar tali-temali dan baris-berbaris. Rasanya seperti jadi lebih berani dan percaya diri,” ujarnya penuh semangat.


Kegiatan ditutup dengan apresiasi terhadap partisipasi seluruh siswa serta refleksi bersama. Dalam refleksi tersebut, Bapak Murdiyanto kembali menekankan bahwa setiap kegiatan di MI Watuagung bukan hanya sekadar latihan fisik, melainkan juga upaya menanamkan karakter cinta tanah air, kebersamaan, dan semangat pantang menyerah.

Program pembinaan karakter ini sejalan dengan berbagai program kreatif MI Watuagung yang selama ini konsisten mengembangkan potensi siswa, baik di bidang akademik, seni, maupun keterampilan ekstrakurikuler. Kepala MI Watuagung mengapresiasi inisiatif tersebut dan menegaskan bahwa pembinaan seperti ini akan terus dilakukan secara berkelanjutan.

Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan siswa-siswi MI Watuagung semakin bersemangat dalam belajar, berkarakter kuat, serta siap menjadi generasi muda yang cerdas, berakhlakul karimah, dan berdaya saing tinggi di masa depan. (My)

Share:

KBM Bahasa Arab Kelas 5 MI Watuagung: Belajar Kosakata Melalui Percakapan Interaktif


Watuagung, 30 September 2025Proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di MI Watuagung pada hari Selasa berlangsung aktif dan penuh semangat. Ibu Anik Tutut Sholihah, M.Pd.I selaku guru mata pelajaran Bahasa Arab mengampu pembelajaran di kelas 5 dengan materi “Mengenal Kosakata melalui Percakapan tentang Ruang Tamu dan Ruang Belajar”.

Dalam pembelajaran kali ini, Bu Tutut (sapaan akrab beliau) memperkenalkan sejumlah kosakata baru kepada siswa dengan cara mengaitkannya langsung pada situasi percakapan sehari-hari. Beberapa kosakata yang dipelajari di antaranya:

  • غُرْفَةُ الْجُلُوْسِ (ruang tamu)
  • غُرْفَةِ الْمُذَكَرَةِ (ruang belajar)
  • كُرْسِيٌّ (kursi)
  • مَكْتَبٌ (meja belajar)
  • كِتَابٌ (buku)
  • قَلَمٌ (pena)


Metode yang digunakan adalah
role play atau bermain peran. Siswa diajak untuk berpasangan dan melatih dialog sederhana, misalnya:

أَيْنَ أَنْتِ؟” (Di mana kamu?)
أَنَا فِي غُرْفَةِ الْمُذَكَرَةِ.” (Saya berada di ruang belajar.)

Dengan metode ini, siswa tidak hanya menghafal kosakata, tetapi juga memahami penggunaannya dalam konteks kalimat nyata.

Bu Tutut menekankan pentingnya keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran. “Bahasa Arab bukan sekadar dihafalkan, tapi dipraktikkan. Dengan percakapan sederhana, anak-anak akan lebih mudah memahami arti dan fungsi kata dalam kehidupan sehari-hari,” ungkapnya.


Siswa terlihat antusias, bahkan beberapa dengan percaya diri mampu memperagakan percakapan di depan kelas. Suasana belajar berlangsung menyenangkan karena diselingi dengan permainan tanya jawab dan tepuk semangat agar anak-anak tidak mudah bosan.

Kegiatan ini diakhiri dengan evaluasi singkat berupa latihan menulis kosakata di buku tulis masing-masing serta mengulang kembali dialog secara bersama-sama. Dengan demikian, materi yang sudah dipelajari tidak hanya terekam secara lisan tetapi juga tertulis.

Melalui KBM ini, MI Watuagung terus berkomitmen mencetak generasi yang cerdas, berakhlak mulia, dan memiliki kemampuan berbahasa yang memadai sesuai visi madrasah. (My)

Share:

Pembelajaran Interaktif “Things in the Classroom” Bersama Ibu Lia Ernawati, S.Pd. di MI Watuagung


Watuagung (30/09) – Suasana kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah (MI) Watuagung tampak begitu hidup pada kegiatan belajar mengajar (KBM) Bahasa Inggris yang diampu oleh Ibu Lia Ernawati, S.Pd. Materi yang diajarkan kali ini adalah seputar “Things in the Classroom” atau benda-benda yang ada di dalam kelas.

Dengan penuh semangat, Ibu Lia mengawali pembelajaran dengan memperkenalkan kosakata sederhana yang dekat dengan keseharian siswa, seperti book (buku), table (meja), chair (kursi), pencil (pensil), dan eraser (penghapus). Sambil memegang dan menunjuk benda-benda tersebut, beliau mengucapkan kata dalam Bahasa Inggris dengan jelas, lalu mengajak siswa untuk menirukannya bersama-sama.

“Anak-anak, ini namanya book. Ayo kita ucapkan bersama-sama, satu… dua… tiga… book,” ujar Ibu Lia dengan intonasi yang menyenangkan.


Metode pembelajaran yang diterapkan adalah metode langsung (direct method) dengan pendekatan visual dan praktik langsung. Siswa tidak hanya mendengarkan, tetapi juga melihat, menunjuk, bahkan memegang benda-benda yang dimaksud. Hal ini membuat anak-anak lebih mudah mengingat dan memahami kosakata baru.

Untuk memperkuat pemahaman, Ibu Lia juga mengajak siswa bermain games edukatif seperti guessing game (tebak-tebakan benda). Seorang siswa diminta menutup mata, sementara guru menunjuk salah satu benda di kelas. Lalu siswa lain diminta menyebutkan dalam Bahasa Inggris, misalnya: “This is a chair.” Suasana pun menjadi riang dan penuh tawa, namun tetap dalam nuansa belajar yang serius.

Di akhir pembelajaran, siswa diminta menyebutkan kembali beberapa kosakata yang telah dipelajari. Sebagian besar siswa tampak antusias dan berhasil mengingat kata-kata baru dengan baik.

“Saya senang sekali belajar Bahasa Inggris. Ternyata eraser itu artinya penghapus,” ungkap salah seorang siswa dengan bangga.


Kepala MI Watuagung memberikan apresiasi atas cara mengajar Ibu Lia yang kreatif dan menyenangkan. Menurutnya, pembelajaran Bahasa Inggris yang dikemas secara kontekstual akan semakin memotivasi siswa untuk mencintai bahasa asing sejak dini.

Dengan metode yang tepat, pembelajaran Bahasa Inggris di MI Watuagung bukan hanya sekadar mengenal kosakata, tetapi juga membentuk rasa percaya diri siswa dalam berkomunikasi sederhana. (My)

Share:

Senin, September 29, 2025

Siswa Kelas 6 MI Watuagung Antusias Belajar Pecahan Bersama Bapak Eko Purwanto


Watuagung – Senin, 29 September 2025, suasana ruang kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah (MI) Watuagung Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek tampak hidup dan penuh semangat. Pada pagi hari tersebut, kegiatan belajar mengajar (KBM) dilaksanakan dengan materi Matematika yang membahas tentang Pecahan. Guru pengampu, bapak Eko Purwanto, S.Pd., tampil sebagai fasilitator utama dalam memberikan pemahaman kepada para siswa.

Dalam penyampaian materinya, bapak Eko menjelaskan bahwa pecahan merupakan bagian dari keseluruhan yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. “Pecahan adalah bilangan yang menyatakan bagian dari suatu keseluruhan. Contohnya, jika sebuah kue dibagi menjadi 4 bagian yang sama, maka satu potong kue itu dapat ditulis sebagai ¼,” ujar beliau di hadapan siswa.

Penjelasan dilanjutkan dengan pengenalan berbagai jenis pecahan, seperti pecahan biasa, pecahan campuran, dan pecahan desimal. Bapak Eko juga memberikan latihan soal sederhana agar siswa dapat langsung mengaplikasikan konsep yang baru dipelajari. Salah satu contoh soal yang diberikan adalah: “Sebuah kebun dibagi menjadi 8 petak. Jika 3 petak ditanami jagung, maka berapa pecahan bagian kebun yang ditanami jagung?”

Siswa tampak antusias menjawab soal tersebut. Dengan bimbingan guru, mereka menyimpulkan bahwa bagian kebun yang ditanami jagung ditulis sebagai ³/₈. Metode pembelajaran interaktif yang digunakan membuat siswa lebih mudah memahami konsep pecahan sekaligus melihat keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari.


Bapak Eko menekankan pentingnya menguasai materi pecahan karena menjadi dasar untuk memahami operasi hitung lanjut, seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian pecahan. “Jika anak-anak mampu memahami pecahan dengan baik, maka langkah untuk mempelajari materi berikutnya akan lebih mudah,” tambahnya.

Kegiatan pembelajaran berlangsung dengan penuh semangat. Para siswa terlihat aktif bertanya dan berdiskusi, bahkan beberapa siswa mencoba memberikan contoh sendiri dari pengalaman mereka, seperti membagi buah, kue, maupun waktu belajar.

Dengan suasana kelas yang kondusif, KBM Matematika di kelas 6 MI Watuagung pada hari ini tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga menanamkan keterampilan berpikir logis dan aplikatif kepada siswa. Hal ini sejalan dengan tujuan madrasah untuk membentuk generasi yang cerdas, unggul dalam prestasi, dan mampu menerapkan ilmu dalam kehidupan sehari-hari. (My-ATS)

Share:

MI Watuagung dan PAUD Miftahul Huda Gelar Upacara Bendera Rutin: Pembina Upacara Tekankan Pesan Stop Bullying


Watuagung – Senin, 29 September 2025, MI Watuagung bersama PAUD Miftahul Huda Desa Watuagung, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek kembali melaksanakan kegiatan rutin upacara bendera setiap hari Senin. Meski pagi itu sempat diguyur gerimis, semangat siswa-siswi tidak surut. Sebagian peserta upacara mengikuti jalannya upacara di halaman sekolah, sementara sebagian lainnya menempati teras madrasah untuk tetap menjaga kekhidmatan acara.

Bertindak sebagai pembina upacara adalah Kepala MI Watuagung, Bapak Mustarom, S.Pd.I. Dalam amanatnya, beliau mengangkat tema penting yang sangat dekat dengan kehidupan peserta didik, yaitu “Stop Bullying”.

“Bullying adalah tindakan yang menyakiti orang lain, baik dengan kata-kata, perbuatan, maupun melalui media sosial. Bentuknya bisa berupa ejekan, panggilan buruk, mendorong atau memukul teman, merusak barang milik orang lain, mengucilkan teman, hingga menyebarkan gosip atau hinaan di media sosial. Semua ini adalah perbuatan yang dilarang, karena dapat melukai perasaan dan merusak persaudaraan,” tegas beliau di hadapan peserta upacara.


Lebih lanjut, Mustarom mengutip firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 7 yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain. Boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka.”

Selain itu, beliau juga mengingatkan sabda Rasulullah SAW:

“Seorang muslim adalah yang tangan dan lisannya tidak menyakiti muslim lainnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Pesan moral yang disampaikan pembina upacara ini memberikan kesan mendalam, terutama bagi para siswa-siswi untuk saling menghormati, menjaga persaudaraan, dan menjauhi perilaku perundungan dalam bentuk apapun.


Upacara yang dilaksanakan dengan khidmat ini diakhiri dengan doa, diiringi suasana teduh akibat gerimis yang membasahi lingkungan sekolah. Meski cuaca tidak sepenuhnya mendukung, namun makna dan hikmah dari upacara bendera kali ini sangat membekas di hati seluruh peserta.

Dengan terlaksananya upacara ini, diharapkan seluruh siswa MI Watuagung dan PAUD Miftahul Huda semakin memahami pentingnya menjauhi tindakan bullying, serta menumbuhkan sikap saling menghormati dalam kehidupan sehari-hari. (My - ATS).

Share:

Minggu, September 28, 2025

Keberhasilan Pendidikan Lahir dari Tekad, Keistiqomahan, dan Kebersamaan


Seringkali keberhasilan suatu lembaga pendidikan ataupun prestasi seorang siswa diidentikkan dengan kecerdasan atau kepintaran yang dimiliki. Padahal, kenyataannya, kecerdasan hanyalah salah satu dari sekian banyak faktor yang menentukan keberhasilan. Sejarah panjang dunia pendidikan menunjukkan bahwa ada hal yang jauh lebih penting dari sekadar kepintaran, yakni tekad, keistiqomahan, dan kebersamaan.

Seorang pimpinan lembaga pendidikan yang cerdas memang memiliki nilai tambah, tetapi kecerdasan itu tidak akan bermakna apabila tidak diiringi dengan tekad yang kuat dalam mewujudkan visi bersama. Begitu pula seorang siswa yang pintar, tidak otomatis akan sukses jika tidak memiliki daya juang, keuletan, dan ketekunan dalam belajar. Justru mereka yang istiqomah, konsisten dalam berusaha, serta tidak mudah menyerah, lebih berpeluang meraih keberhasilan sejati.

Keistiqomahan menjadi kunci utama dalam menjaga ritme perjalanan pendidikan. Ia ibarat bahan bakar yang terus menyalakan semangat, meskipun jalan yang ditempuh penuh rintangan. Sementara itu, kebersamaan adalah ruh yang menguatkan. Lembaga pendidikan yang kokoh lahir dari kerja kolektif: kepala sekolah yang bijak, guru yang ikhlas, siswa yang semangat, serta orang tua yang mendukung. Kebersamaan ini menciptakan suasana kondusif di mana setiap individu merasa memiliki peran dan tanggung jawab dalam meraih prestasi.


Prestasi pendidikan tidak pernah tercipta hanya oleh satu orang yang cerdas, melainkan hasil kolaborasi dari seluruh unsur yang saling menguatkan. Kekompakan antara guru dan siswa, sinergi antara sekolah dan masyarakat, serta komitmen bersama dalam menjaga nilai-nilai luhur pendidikan, inilah yang sejatinya membuahkan keberhasilan.

Oleh karena itu, penting untuk menanamkan kesadaran bahwa pendidikan bukanlah arena untuk mengagungkan kecerdasan semata. Pendidikan adalah perjalanan panjang yang membutuhkan tekad yang bulat, istiqomah dalam langkah, dan kebersamaan yang kuat. Dengan itulah lembaga pendidikan akan tumbuh berkembang, dan siswa akan menemukan jati dirinya sebagai insan berprestasi yang bermanfaat bagi kehidupan.


-----------
Penulis : Murdiyanto
Pemerhati Pendidikan / Pembina Eskul MI Watuagung
Share:

Sabtu, September 27, 2025

Pembinaan Intensif Ekstrakurikuler Pramuka MI Watuagung: Pemantaban Materi dan Kedisiplinan


Watuagung, Watulimo – Ekstrakurikuler Kepramukaan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Watuagung, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, menggelar kegiatan pembinaan intensif untuk empat regu penggalang pada Sabtu, 27 September 2025. Kegiatan yang berlangsung dari pagi hingga sore ini dipandu langsung oleh Pembina Gugusdepan 10.007-10.008 Pangkalan MI Watuagung, Kak Myanto, dengan pendampingan pada sesi siang oleh Kak Dyah dan Kak Tutut.

Sejak pukul 08.00 hingga 11.00 WIB, para peserta didik tampak antusias mengikuti materi dasar kepramukaan yang ditekankan pada pemantapan hafalan Dasa Darma Pramuka, pengenalan dan penghayatan lagu-lagu pramuka, penguatan yel-yel regu, serta penanaman nilai kedisiplinan. Untuk menjaga suasana tetap hidup, Kak Myanto juga menyelipkan berbagai permainan (game) kepramukaan yang mendidik namun tetap menyenangkan.


“Dasa Darma adalah janji moral seorang pramuka, sehingga setiap penggalang wajib tidak hanya menghafalkan tetapi juga mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari,” tegas Kak Myanto di sela pembinaan. Lagu-lagu dan yel-yel pramuka pun dikumandangkan dengan penuh semangat oleh setiap regu, menambah kekompakan dan kebersamaan di antara para penggalang.

Kegiatan tidak berhenti sampai di situ. Setelah sesi pagi usai, sebagian siswa kembali melanjutkan pembinaan mulai pukul 13.00 hingga 15.30 WIB. Pada sesi sore, materi diarahkan kepada pembekalan keterampilan lapangan. Kak Myanto bersama Kak Dyah dan Kak Tutut memberikan pelatihan Peraturan Baris Berbaris (PBB), permainan tangkap tongkat untuk melatih konsentrasi dan kecepatan, pengenalan selintas semaphore sebagai keterampilan sandi, serta praktik pionering dengan pembuatan dragbar atau tandu pramuka.


Para siswa terlihat bersemangat mengikuti setiap tahapan kegiatan, terutama saat praktik pionering yang membutuhkan kerja sama, kreativitas, dan ketelitian. “Melalui latihan pionering, anak-anak belajar pentingnya kerja tim, keterampilan teknis, sekaligus rasa tanggung jawab dalam sebuah regu,” ujar Kak Dyah menambahkan.

Dengan terselenggaranya pembinaan satu hari penuh ini, diharapkan para penggalang MI Watuagung semakin mantap dalam pengetahuan, keterampilan, serta sikap kedisiplinan yang menjadi ciri khas seorang pramuka sejati. Kegiatan semacam ini juga menjadi bentuk nyata pembinaan karakter sejak dini yang sejalan dengan tujuan pendidikan kepramukaan di madrasah. (My)

Share:

Asyiknya Belajar Basa Jawa: Siswa Kelas 1 MI Watuagung Sinau Perangane Awak


Watuagung – Kegiatan belajar mengajar (KBM) di MI Watuagung Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek kembali berjalan dengan penuh semangat pada Sabtu, 27 September 2025. Pada kesempatan tersebut, Ibu Dyah Nuryatin, S.Pd.I, selaku guru kelas 1, mengampu mata pelajaran Bahasa Jawa dengan materi Nyebutne Perangane Awak atau menyebutkan bagian-bagian tubuh.

Sejak awal pembelajaran, suasana kelas tampak hidup dan menyenangkan. Ibu Dyah membuka pelajaran dengan sapaan hangat serta memberikan motivasi kepada siswa agar mencintai bahasa daerah, khususnya Basa Jawa Krama Inggil. Hal ini sejalan dengan upaya melestarikan bahasa ibu yang menjadi identitas budaya Jawa.


Dalam penjelasannya, Ibu Dyah memperkenalkan beberapa anggota tubuh dengan menyebutkan istilah dalam bahasa krama inggil. Ia menuturkan dengan jelas:

  • “Sirah punika ingkang tegesipun kepala.”
  • “Mata punika tegesipun mripat.”
  • “Irung punika ingkang ateges grana.”
  • “Cangkem punika tegesipun tutuk.”
  • “Tangan punika ingkang ateges asto.”
  • “Suku punika tegesipun sikil.”

Siswa pun diajak mengulangi secara serempak hingga satu per satu untuk melatih pelafalan dan pemahaman. Dengan metode interaktif, guru juga memberikan permainan tebak-tebakan sederhana, seperti menunjuk bagian tubuh sambil menyebutkan istilahnya. Suasana kelas pun dipenuhi tawa riang, namun tetap serius dalam mempelajari materi.

“Anak-anak kedah saged ngucapaken kanthi bener, amargi basa krama punika minangka tata krama lan unggah-ungguhing bangsa Jawa,” tutur Ibu Dyah dalam pembelajarannya.


Selain itu, beliau juga menekankan pentingnya membiasakan anak-anak sejak dini untuk menggunakan bahasa Jawa dengan tingkatan yang tepat. Hal ini diharapkan dapat membentuk karakter santun, hormat kepada orang tua, serta mencintai budaya sendiri.

Kegiatan pembelajaran berakhir dengan evaluasi singkat. Siswa diminta maju secara bergantian untuk menyebutkan bagian tubuh yang ditunjukkan guru. Banyak siswa yang berhasil menjawab dengan benar, meski beberapa masih perlu bimbingan.

Dengan pembelajaran yang komunikatif dan menyenangkan, siswa kelas 1 MI Watuagung semakin bersemangat dalam mempelajari bahasa Jawa. Materi tentang perangane awak ini tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi juga menanamkan kecintaan terhadap budaya Jawa sejak usia dini. (My-DN).

Share:

Jumat, September 26, 2025

Pembinaan Ekstrakurikuler Kepramukaan di MI Watuagung: Asah Kreativitas, Disiplin, dan Semangat Kebersamaan


Watuagung, Watulimo – Kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Kepramukaan di MI Watuagung kembali digelar dengan penuh semangat pada Jumat, 26 September 2025. Bertempat di halaman madrasah, kegiatan yang berlangsung sejak pukul 13.00 hingga 16.00 WIB ini dipandu langsung oleh pembina pramuka, Bapak Murdiyanto—yang akrab disapa Kak Myanto dalam lingkungan kepramukaan—bersama Ibu Dyah Nuryatin atau yang biasa dipanggil Kak Dyah.

Adapun materi yang menjadi pokok pembinaan kali ini mencakup tiga keterampilan dasar kepramukaan, yaitu sandi Morse, lagu-lagu pramuka, serta tali-temali atau pionering. Para siswa tampak antusias mengikuti jalannya kegiatan, terlebih karena metode pembinaan yang disampaikan penuh dengan praktik langsung dan nuansa kebersamaan.


Dalam sambutannya, Kak Myanto menekankan pentingnya keterampilan pramuka sebagai bekal karakter kedisiplinan dan kreativitas. “Pramuka bukan hanya soal baris-berbaris atau seragam yang dikenakan, tetapi juga latihan nyata untuk melatih kecerdikan, kebersamaan, dan rasa tanggung jawab. Melalui sandi Morse misalnya, anak-anak belajar tentang komunikasi yang penuh kode, sementara dalam pionering mereka belajar kerjasama dan ketelitian,” ujarnya.

Sementara itu, Kak Dyah menambahkan bahwa nyanyian pramuka memiliki peran penting untuk menumbuhkan semangat dan kebanggaan sebagai anggota pramuka. “Dengan lagu-lagu pramuka, kita bisa membangun suasana gembira sekaligus menanamkan nilai kebersamaan. Lagu menjadi sarana paling sederhana, tetapi sangat kuat dalam menumbuhkan rasa cinta pada pramuka dan tanah air,” tutur Kak Dyah di sela-sela kegiatan.

Suasana pembinaan berlangsung interaktif, siswa tidak hanya mendengarkan materi, tetapi juga langsung mempraktikkan. Mereka diajak berlatih mengenal sandi Morse melalui permainan sederhana, menyanyikan yel-yel pramuka bersama-sama, serta mengikat tali dalam berbagai bentuk simpul yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam kegiatan perkemahan.


Kepala MI Watuagung menyampaikan apresiasi atas dedikasi para pembina. Menurutnya, kegiatan pramuka seperti ini menjadi salah satu sarana efektif untuk mengembangkan potensi siswa, baik dalam aspek intelektual maupun sikap sosial.

Dengan selesainya kegiatan pada sore hari itu, diharapkan para siswa semakin bersemangat untuk terus mengasah keterampilan pramuka. Pramuka di MI Watuagung tidak sekadar kegiatan tambahan, tetapi juga menjadi bagian penting dalam pembentukan generasi muda yang tangguh, berdisiplin, dan penuh rasa kebersamaan. (My-DN)

Share:

Program Makan Bergizi Gratis di MI Watuagung Terus Berjalan Lancar dan Memberi Manfaat bagi Siswa


Watuagung, Watulimo – Jum’at, 26 September 2025.
Madrasah Ibtidaiyah (MI) Watuagung, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek kembali melaksanakan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) bagi seluruh siswanya. Kegiatan yang sudah berjalan untuk kesekian kalinya ini berlangsung dengan lancar, aman, dan penuh antusias dari para peserta didik.

Program MBG merupakan salah satu wujud nyata perhatian pemerintah terhadap pemenuhan gizi anak didik di sekolah. Dalam arahannya, pemerintah menegaskan bahwa program ini bertujuan untuk menunjang kesehatan dan konsentrasi belajar siswa, sekaligus menanamkan kebiasaan hidup sehat sejak dini. “Anak-anak kita harus terpenuhi kebutuhan gizinya agar mampu belajar dengan baik, tumbuh sehat, dan memiliki daya saing di masa depan,” demikian bunyi pernyataan yang kerap disampaikan dalam sosialisasi program ini.

Pelaksanaan MBG di MI Watuagung berjalan sesuai harapan, meskipun ada sebagian kecil siswa yang sesekali merasa kurang cocok dengan menu yang disajikan. Namun hal ini sangat dimaklumi, mengingat selera makan setiap anak berbeda-beda. Secara umum, para siswa menikmati sajian makanan yang sehat, bergizi, dan bervariasi.


Kepala MI Watuagung, Bapak Mustarom, menyampaikan apresiasinya terhadap program MBG ini. “Alhamdulillah, pelaksanaan Makan Bergizi Gratis di MI Watuagung sampai hari ini berjalan lancar. Kami sangat berterima kasih kepada pemerintah atas perhatian dan dukungan penuh melalui program ini. Anak-anak kami bisa menikmati makanan sehat, dan hal ini tentu sangat membantu tumbuh kembang serta semangat belajar mereka,” ungkapnya.

Lebih lanjut, beliau juga memberikan apresiasi kepada Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Desa Watuagung, para guru, wali murid, serta tim pelaksana yang telah ikut serta menyukseskan kegiatan MBG di MI Watuagung. “Semoga program ini dapat terus berlanjut dan memberi manfaat besar bagi seluruh peserta didik,” tambahnya.

Dengan adanya MBG, MI Watuagung berharap kualitas kesehatan dan prestasi belajar siswa semakin meningkat, sehingga madrasah ini bisa terus melahirkan generasi yang cerdas, sehat, dan berakhlakul karimah. (My-Mtr)

Share:

Pembelajaran Interaktif Bahasa Indonesia: Siswa Kelas 2 MI Watuagung Belajar Mengenali Tanda di Tempat Umum


Watuagung, 26 September 2025Proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di MI Watuagung kembali berlangsung penuh semangat pada Jum’at (26/09). Kali ini, pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 2 (dua) dibimbing langsung oleh Ibu Khusnul Khotimah, S.Pd. dengan materi Bab: Berhati-hati di Mana Saja, khususnya pokok bahasan mengenali tanda pada tempat umum.

Dalam kegiatan tersebut, Bu Khotim (panggilan akrabnya) menekankan pentingnya siswa mengenal berbagai tanda yang biasa ditemukan di tempat-tempat umum, seperti jalan raya, sekolah, rumah sakit, maupun fasilitas publik lainnya. Beliau menuturkan, “Anak-anak harus bisa membaca tanda di sekitar kita. Misalnya, tanda dilarang merokok, tanda hati-hati ada listrik, atau tanda dilarang masuk. Semua itu memberi pesan agar kita lebih berhati-hati demi keselamatan diri sendiri maupun orang lain.”


Pembelajaran berlangsung interaktif. Guru tidak hanya menjelaskan melalui buku teks, tetapi juga menghadirkan contoh nyata berupa gambar tanda-tanda umum yang diperlihatkan kepada siswa. Dengan cara ini, siswa lebih mudah mengenali dan memahami arti tanda tersebut.

Bu Khotim juga memberikan beberapa latihan sederhana. Para siswa diminta menyebutkan arti dari simbol tertentu, serta menirukan tindakan yang sesuai dengan peringatan yang ada. Misalnya, ketika ditunjukkan gambar tanda “Hati-hati, lantai basah”, siswa secara serempak menirukan gerakan berjalan pelan agar tidak terpeleset.

Menurut beliau, pemahaman mengenai tanda-tanda umum ini penting ditanamkan sejak dini. “Meskipun mereka masih kelas 2, kesadaran berhati-hati perlu dibangun. Dengan mengenali tanda, anak-anak belajar menjaga diri dan lebih disiplin dalam kehidupan sehari-hari,” ungkapnya.


Kegiatan belajar mengajar pun berjalan lancar dengan antusiasme tinggi dari para siswa. Mereka tampak aktif bertanya dan menjawab, bahkan beberapa di antaranya mampu menyebutkan tanda lain yang sering dilihat di lingkungan sekitar rumah.

Dengan metode pembelajaran yang menyenangkan dan aplikatif, diharapkan siswa kelas 2 MI Watuagung tidak hanya cerdas dalam memahami teks pelajaran, tetapi juga semakin waspada serta memiliki kesadaran tinggi untuk berhati-hati di mana saja. (My)

Share:

Kamis, September 25, 2025

Belajar SKI Lebih Seru: Siswa Kelas 3 MI Watuagung Antusias Ikuti Metode Estafet Kalimat Bersama Ibu Aura


Watuagung, Watulimo – Suasana kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah (MI) Watuagung tampak begitu hidup pada saat pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), Kamis pagi. Ibu Auralia Alfatiha Kholisoh, S.Pd.I., guru pengampu SKI, menghadirkan metode pembelajaran kreatif melalui permainan estafet kalimat untuk menyampaikan materi tentang kisah masa kecil dan masa remaja Nabi Muhammad SAW.

Materi yang biasanya disampaikan dengan metode ceramah kini dikemas secara interaktif. Para siswa diajak untuk menyusun rangkaian cerita tentang perjalanan mulia Rasulullah SAW sejak kecil hingga remaja dalam bentuk kalimat yang disambungkan secara bergiliran antar kelompok. Setiap anak menyampaikan potongan kalimat, lalu diteruskan temannya, sehingga membentuk alur cerita yang lengkap.

“Dengan metode ini, anak-anak tidak hanya mendengarkan, tetapi juga ikut terlibat aktif mengingat, menyusun, dan menceritakan kembali kisah Nabi Muhammad SAW. Hal ini membantu mereka lebih mudah memahami sekaligus menumbuhkan rasa cinta kepada Rasulullah,” jelas Ibu Aura.


Keceriaan dan semangat tampak jelas di wajah siswa-siswi kelas 3. Mereka terlihat antusias berlomba-lomba menjaga kesinambungan kalimat agar cerita tetap runtut. Selain melatih daya ingat, metode ini juga menumbuhkan kebersamaan, kekompakan, serta keterampilan berbicara di depan teman-teman sekelas.

Salah satu siswa mengaku sangat senang dengan cara belajar kali ini. “Asyik sekali, Bu. Jadi saya bisa hafal cerita Nabi Muhammad SAW dengan cepat, apalagi dilakukan bersama teman-teman,” ungkapnya dengan gembira.

Melalui pendekatan kreatif ini, pembelajaran SKI tidak hanya menjadi sarana transfer pengetahuan, tetapi juga menjadi wahana pembentukan karakter. Anak-anak belajar untuk menghargai giliran, mendengarkan orang lain, dan bekerja sama, sambil menyerap nilai keteladanan dari kisah Rasulullah SAW.

Dengan demikian, kegiatan pembelajaran yang dilakukan Ibu Auralia tidak hanya memperkuat pemahaman siswa terhadap sejarah Nabi Muhammad SAW, tetapi juga menanamkan nilai moral dan spiritual yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. (My)

Share:

Rapat Sosialisasi Pencairan BPPDGS Digelar DIKPORA Trenggalek, Kepala Sekolah Swasta Antusias Ikuti Arahan


Trenggalek, 25 September 2025 — Dinas Pendidikan dan Olahraga (DIKPORA) Kabupaten Trenggalek menggelar rapat sosialisasi terkait mekanisme pencairan Bantuan Penyelenggaraan Pendidikan Diniyah dan Guru Swasta (BPPDGS) pada Kamis (25/9/2025). Kegiatan ini berlangsung di aula DIKPORA Trenggalek dengan dihadiri oleh para kepala sekolah swasta mulai dari jenjang SD, MI, hingga SMP se-Kabupaten Trenggalek, khususnya lembaga yang menyelenggarakan pendidikan madrasah diniyah (madin) di bawah naungan sekolahnya.

Acara dibuka dengan pengarahan dari pihak penyelenggara. Dalam sambutannya, Bapak Arwani, selaku pemateri utama dari DIKPORA Trenggalek, menegaskan pentingnya program BPPDGS sebagai bentuk dukungan pemerintah daerah terhadap eksistensi madrasah diniyah dan para guru swasta.

“Program bantuan ini adalah wujud kepedulian pemerintah dalam memberikan dukungan nyata terhadap keberlangsungan pendidikan diniyah serta kesejahteraan guru-guru swasta. Harapan kami, bapak dan ibu kepala sekolah dapat memahami mekanisme pencairan dengan baik agar bantuan ini tepat sasaran dan memberi manfaat maksimal,” jelas Arwani.


Suasana rapat berjalan khidmat namun penuh antusias. Para peserta, yang sebagian besar adalah kepala sekolah swasta dari berbagai wilayah di Trenggalek, menyimak dengan seksama penjelasan teknis mengenai prosedur administrasi, syarat pencairan, hingga tata cara pelaporan penggunaan dana.

Salah satu peserta rapat, Bapak Mustarom, Kepala MI Watuagung, menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan ini.

“Kami dari MI Watuagung merasa sangat terbantu dengan adanya sosialisasi ini. Selain menambah pemahaman terkait aturan pencairan BPPDGS, kegiatan ini juga menjadi sarana komunikasi antar kepala sekolah untuk saling berbagi pengalaman. Tentu saja, ini akan memudahkan kami dalam pengelolaan bantuan di lembaga,” ungkap Mustarom.


Selain penyampaian materi, rapat juga diisi sesi tanya jawab yang memberi ruang bagi peserta untuk mengklarifikasi berbagai hal teknis yang berkaitan dengan BPPDGS. Banyak kepala sekolah yang mengajukan pertanyaan seputar pencairan, pelaporan, dan bentuk pertanggungjawaban agar sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan setiap sekolah yang memiliki madin dapat mengelola bantuan secara transparan, akuntabel, dan tepat guna demi meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Trenggalek. (My-Mtr)

Share:

Pengawas Madrasah Kemenag Trenggalek Apresiasi Pelaksanaan ANBK dan Tindak Lanjuti Monev BOS di MI Watuagung


Watuagung, Watulimo – Kamis, 25 September 2025.
Pelaksanaan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) tahun 2025 di MI Watuagung memasuki hari kedua dengan suasana tertib, aman, dan lancar. Pada kesempatan ini, hadir Ibu Siti Maisukhoh, S.Pd.I., M.Pd.I., selaku Pengawas Madrasah Kementerian Agama Kabupaten Trenggalek yang bertugas diwilayah Kecamatan Watulimo, untuk melakukan monitoring pelaksanaan ANBK sekaligus melanjutkan agenda monitoring dan evaluasi (monev) tindak lanjut penggunaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di MI Watuagung serta Bantuan Operasional Penyelenggaraan Pendidikan di RA Miftahul Huda Watuagung, Kecamatan Watulimo.

Dalam sambutannya, Ibu Siti Maisukhoh menyampaikan rasa syukur dan apresiasi terhadap kelancaran kegiatan ANBK di MI Watuagung. “Alhamdulillah, pelaksanaan ANBK di MI Watuagung berjalan dengan baik, lancar, dan aman terkendali sesuai harapan. Hal ini menunjukkan kesiapan madrasah dalam mendukung program nasional peningkatan mutu pendidikan,” ungkapnya.


Lebih lanjut, beliau juga menyoroti langkah progresif MI Watuagung dalam pemanfaatan teknologi informasi. “Saya sangat mengapresiasi perkembangan MI Watuagung yang sudah memanfaatkan teknologi digital dalam manajemen maupun pembelajaran. Ini menjadi bukti bahwa madrasah mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman, sekaligus memberikan layanan pendidikan yang lebih efektif dan berkualitas,” tambahnya.

Selain monitoring ANBK, kunjungan ini juga difokuskan pada monev tindak lanjut penggunaan BOS MI dan BOP RA. Menurut beliau, pengelolaan dana BOS dan BOP harus dilakukan secara akuntabel, transparan, dan tepat sasaran agar memberikan dampak langsung terhadap peningkatan mutu layanan pendidikan.


Sementara itu, Kepala MI Watuagung, Bapak Mustarom, S.Pd.I., yang pada saat bersamaan tidak bisa hadir mendampingi karena sedang mengikuti Rapat Dinas Sosialisasi pencairan BPPDGS (Bantuan Penyelenggaraan Pendidikan Diniyah dan Guru Swasta) di Dinas DIKPORA Kabupaten Trenggalek, menyampaikan ucapan terima kasih dan permohonan maaf melalui pesan tertulis. “Saya atas nama keluarga besar MI Watuagung menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya atas kehadiran Ibu Pengawas yang sudah berkenan melakukan monitoring di madrasah kami. Mohon maaf karena pada saat bersamaan saya tidak bisa mendampingi secara langsung. Kehadiran beliau tentu memberikan motivasi dan energi positif bagi guru dan siswa kami,” ucapnya.

Kunjungan Pengawas Madrasah Kemenag Trenggalek ini diakhiri dengan obrolan-obrolan santai dengan berharap agar pelaksanaan ANBK tahun 2025 membawa manfaat dalam peningkatan mutu pendidikan, serta pengelolaan dana BOP BOS dapat terus mendukung kemajuan madrasah dan RA di Kecamatan Watulimo. (MY-ATS)

Share:

Rabu, September 24, 2025

Pengembangan Diri dan Pembinaan Ekstrakurikuler: MI Watuagung Tanamkan Nilai Islami dan Semangat Kepramukaan


Watuagung, 24 September 2025 MI Watuagung Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek kembali menunjukkan komitmennya dalam membentuk generasi islami, berkarakter, dan berprestasi melalui kegiatan Asah Pengembangan Diri dan Pembinaan Program Ekstrakurikuler. Acara ini dibimbing langsung oleh pembina sekaligus guru MI Watuagung, Bapak Murdiyanto, dengan rangkaian kegiatan yang sarat akan nilai religius, kedisiplinan, dan semangat kebersamaan.

Kegiatan diawali dengan pembiasaan membaca doa “Kalamun Qodim...” yang dibacakan bersama sebelum dan setelah proses pembelajaran. Tradisi ini menjadi penguat karakter religius siswa, khususnya dalam mendukung program madrasah lainnya yakni Tahfidzul Qur’an Juz 30 dan Juz 1.

Setelah itu, para siswa diperkenalkan dengan berbagai materi ekstrakurikuler. Bapak Murdiyanto menekankan pentingnya keterlibatan siswa dalam kegiatan Kepramukaan, karena pramuka menjadi wadah yang melatih kemandirian, tanggung jawab, kepemimpinan, dan cinta tanah air.

“Kepramukaan bukan hanya sekadar baris-berbaris atau yel-yel semata. Lebih dari itu, pramuka adalah tempat belajar menjadi pribadi yang jujur, amanah, adil, dan penuh kepedulian terhadap sesama. Di MI Watuagung, kami juga mengenalkan Satuan Komunitas Pramuka Ma’arif NU (SAKOMA) dengan sembilan pilar yang selaras dengan nilai keislaman dan kebangsaan,” jelas Murdiyanto saat memberikan arahan.

Adapun 9 Pilar SAKOMA NU yang disampaikan antara lain:

  1. As Shidqu (jujur),

  2. Al Amanah wal Wafa bil ‘Ahdi (amanah dan menepati janji),

  3. Al ‘Adalah (adil),

  4. At Ta’awun (tolong-menolong),

  5. Al Istiqomah (istiqomah),

  6. Tawassuth dan I’tidal (moderat dan seimbang),

  7. Tasamuh (toleran),

  8. Tawazun (harmonis),

  9. Amar Ma’ruf Nahi Munkar (mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran).


Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan berbagai aktivitas khas pramuka, mulai dari latihan yel-yel penuh semangat, pengenalan kode morse, hingga praktik senam semaphore. Suasana kegiatan berlangsung meriah namun tetap edukatif, dengan siswa tampak antusias mengikuti setiap sesi.

Kepala MI Watuagung, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi besar atas inisiatif pembinaan ini.
“Kami berharap melalui kegiatan pengembangan diri dan ekstrakurikuler ini, siswa MI Watuagung tidak hanya cerdas dalam ilmu, tetapi juga tangguh dalam akhlak, disiplin dalam kehidupan, dan mampu membawa nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah ke dalam lingkungan masyarakat,” ujarnya.

Dengan adanya program pembinaan yang terintegrasi antara keagamaan dan ekstrakurikuler ini, MI Watuagung berupaya menyiapkan peserta didik yang siap menghadapi tantangan zaman, tanpa kehilangan jati diri sebagai muslim yang berakhlakul karimah. (MY)

Share:

Ibu Anik Tutut Sholihah Terapkan Metode Diskusi dalam Pembelajaran SKI Kelas 6 MI Watuagung


Watuagung  Suasana kelas 6 MI Watuagung pagi itu tampak hidup dan penuh semangat. Pada Rabu, 26 September 2025, Ibu Anik Tutut Sholihah, M.Pd.I, guru Pendidikan Agama Islam (PAI) yang mengampu mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), melaksanakan pembelajaran dengan metode diskusi kelompok. Materi yang dipelajari adalah tentang perjuangan Sunan Bonang sebagai salah satu Wali Songo dalam menyebarkan Islam di tanah Jawa.

Dalam kegiatan pembelajaran, Bu Tutut (panggilan akrab kesehariannya) mengawali pertemuan dengan apersepsi berupa tanya jawab ringan mengenai siapa saja tokoh Wali Songo yang telah dikenal siswa. Pertanyaan ini memantik rasa ingin tahu peserta didik, sekaligus menghubungkan pengetahuan awal mereka dengan materi yang akan dipelajari.


Setelah itu, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Masing-masing kelompok mendapatkan bagian materi terkait kisah hidup, metode dakwah, hingga peninggalan Sunan Bonang. Bu Tutut memberikan arahan agar setiap kelompok membaca dan memahami materi, kemudian mendiskusikannya untuk disampaikan kembali kepada teman-teman di kelas.

Metode diskusi ini menjadikan suasana belajar lebih interaktif dan kolaboratif. Para siswa tampak antusias dalam bertukar pendapat, saling melengkapi informasi, serta melatih keberanian untuk berbicara di depan kelas. Beberapa siswa bahkan menambahkan pengetahuan dari bacaan lain maupun cerita yang pernah mereka dengar dari orang tua.

Dalam sesi presentasi, setiap kelompok memaparkan hasil diskusinya. Bu Tutut kemudian memberikan penguatan, meluruskan informasi yang kurang tepat, dan menekankan nilai-nilai keteladanan dari Sunan Bonang, seperti kebijaksanaan dalam berdakwah, kesederhanaan, dan kecintaan terhadap seni yang digunakan sebagai media penyebaran Islam.


“Melalui diskusi ini, saya berharap anak-anak tidak hanya menghafal nama tokoh, tetapi juga mampu mengambil pelajaran dari perjuangan para wali, khususnya Sunan Bonang, yang menyebarkan Islam dengan penuh kearifan,” ungkap Bu Tutut di sela kegiatan.

Kegiatan pembelajaran ini ditutup dengan refleksi bersama. Siswa diajak untuk menyimpulkan nilai-nilai penting dari perjuangan Sunan Bonang yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti sikap toleransi, semangat belajar, dan ketekunan dalam beribadah.

Dengan metode diskusi, pembelajaran SKI di kelas 6 MI Watuagung hari itu tidak hanya menjadi sarana menambah pengetahuan sejarah, tetapi juga membangun keterampilan sosial, berpikir kritis, serta menanamkan nilai-nilai luhur Islam dalam jiwa peserta didik. (MY-ATS)

Share:

MI Watuagung Gelar ANBK 2025, Tingkatkan Literasi, Numerasi, dan Kualitas Lingkungan Belajar


Watuagung, WatulimoMadrasah Ibtidaiyah (MI) Watuagung kembali melaksanakan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) tahun 2025 pada Rabu-Kamis, 24–25 September 2025. Kegiatan ini diikuti khusus oleh siswa-siswi kelas V (lima) yang telah dipilih sebagai peserta asesmen sesuai ketentuan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Pelaksanaan ANBK 2025 di MI Watuagung berlangsung dengan lancar, tertib, dan penuh semangat. Para siswa mengikuti asesmen menggunakan perangkat komputer (laptop) yang telah disiapkan madrasah dengan dukungan fasilitas jaringan internet yang memadai.

ANBK bukanlah ujian untuk mengukur kelulusan siswa, melainkan instrumen penting dalam memetakan mutu pendidikan. Tiga fokus utama dalam asesmen ini adalah:

  1. Literasi Membaca, untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu memahami, menafsirkan, dan menggunakan informasi dari berbagai jenis teks bacaan.

  2. Numerasi, yang mengukur kemampuan siswa dalam bernalar menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.

  3. Survei Lingkungan Belajar, yang menggali informasi mengenai kondisi lingkungan belajar, termasuk iklim sekolah, kenyamanan siswa, serta dukungan guru dalam proses pembelajaran.

Melalui ANBK, madrasah memperoleh gambaran objektif mengenai kualitas pembelajaran dan kondisi lingkungan belajar. Data hasil asesmen menjadi dasar bagi satuan pendidikan untuk meningkatkan mutu proses belajar mengajar, memperbaiki metode pembelajaran, serta merancang strategi pendidikan yang lebih tepat sasaran.


Bagi siswa, ANBK bermanfaat untuk melatih keterampilan berpikir kritis, pemahaman bacaan, serta pemecahan masalah kontekstual. Sementara itu, bagi guru dan lembaga pendidikan, hasil asesmen membantu dalam mengevaluasi efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan, sekaligus menjadi acuan untuk meningkatkan capaian kompetensi siswa.

Kepala MI Watuagung, bapak Mustarom, S.Pd.I. menyampaikan bahwa pihak madrasah berkomitmen penuh untuk menyukseskan ANBK 2025. "ANBK ini bukan sekadar asesmen, tetapi momentum untuk terus meningkatkan kualitas pembelajaran di MI Watuagung. Dengan memahami hasil asesmen, kami bisa merancang langkah-langkah strategis agar mutu pendidikan semakin baik," ungkapnya.

Dengan terselenggaranya ANBK 2025, MI Watuagung berharap dapat berkontribusi dalam membentuk generasi muda yang literat, numerat, serta tumbuh dalam lingkungan belajar yang sehat, nyaman, dan berkualitas. (MY-ATS)

Share:

Terjemahkan

Arsip Digital Online

Mars LP Ma'arif NU