RT. 25 RW. 08 WATUAGUNG - WATULIMO - TRENGGALEK - 66382

NPSN : 60714452 - NSM : 111235030055 - IJOB NO. : MIS/03.0055/2017 | AHU-119.AH.01.08.TAHUN 2013 / 26 JUNI 2013

Senin, September 15, 2025

Mengabaikan Amanah: Tanggung Jawab yang Terlupakan, Antara Kelalaian, Pengkhianatan, dan Kedzaliman dalam Perspektif Islam


Pendahuluan

Amanah adalah sebuah konsep yang sangat fundamental dalam ajaran Islam. Kata amanah sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti kepercayaan atau titipan. Dalam konteks syariat, amanah mencakup tanggung jawab yang harus dijalankan dengan penuh kesungguhan, baik yang berhubungan dengan Allah SWT maupun dengan sesama manusia.

Sayangnya, dalam realitas kehidupan, banyak di antara kita yang diberi amanah namun justru tidak menunaikannya sebagaimana mestinya. Fenomena ini bukan hanya persoalan moral, tetapi juga persoalan aqidah, karena amanah merupakan salah satu tanda keimanan seorang Muslim. Ketika amanah ditelantarkan, maka rusaklah nilai keimanan, hilanglah rasa kepercayaan, dan muncul berbagai bentuk kedzaliman.

Amanah dalam Perspektif Al-Qur’an

Al-Qur’an memberikan perhatian yang sangat besar terhadap amanah. Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil...” (QS. An-Nisa: 58).

Ayat ini menjelaskan dua hal penting: pertama, amanah harus disampaikan kepada yang berhak, tidak boleh dikhianati. Kedua, amanah menuntut adanya keadilan dalam melaksanakan tanggung jawab. Maka, siapa pun yang diberi amanah – baik berupa jabatan, kekuasaan, harta, ilmu, maupun tugas sosial – wajib menjalankannya dengan penuh tanggung jawab.

Amanah dan Keadilan: Dua Hal yang Tak Terpisahkan

Amanah tidak bisa dipisahkan dari keadilan. Sebab, hakikat dari menjalankan amanah adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Sebaliknya, meninggalkan atau mengkhianati amanah sama halnya dengan perbuatan dzalim. Dzalim secara bahasa berarti wadha’ asy-syai’ fi ghairi mahallihi (meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya).

Contoh yang paling nyata adalah seorang pemimpin yang diberi amanah untuk menyejahterakan rakyat, namun justru menelantarkannya demi kepentingan pribadi. Ia telah dzalim, karena tidak menempatkan hak rakyat sesuai kedudukannya. Demikian pula seorang bendahara yang menggelapkan uang, seorang guru yang lalai mendidik, atau seorang suami/istri yang tidak menjaga kehormatan keluarga – semuanya termasuk bentuk kedzaliman yang lahir dari pengkhianatan terhadap amanah.

Hadits Nabi tentang Amanah

Rasulullah SAW menegaskan:

“Apabila amanah disia-siakan, maka tunggulah kehancuran.” (HR. Bukhari).

Hadits ini menggambarkan bahwa ketika amanah tidak dijalankan, maka kehancuran bukan hanya menimpa individu, tetapi juga masyarakat secara luas. Sebuah bangsa akan hancur bila para pemimpinnya tidak amanah. Sebuah organisasi akan rusak bila para pengurusnya mengkhianati amanah. Bahkan sebuah keluarga pun bisa berantakan bila amanah tidak dijaga.

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda:

“Tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki amanah.” (HR. Ahmad).

Ini menunjukkan bahwa amanah bukan hanya urusan sosial, melainkan juga cerminan dari iman. Orang yang mengkhianati amanah berarti ia telah merusak integritas imannya sendiri.

Dzalim: Konsekuensi dari Mengabaikan Amanah

Mengabaikan amanah jelas termasuk kedalam kategori dzalim. Ada tiga bentuk kedzaliman yang timbul dari pengkhianatan terhadap amanah:

  1. Dzalim terhadap diri sendiri – karena ia menjerumuskan dirinya dalam dosa dan akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah kelak.

  2. Dzalim terhadap orang lain – karena dengan menelantarkan amanah, ia mengurangi hak orang lain yang seharusnya ia jaga.

  3. Dzalim terhadap Allah SWT – karena amanah sejatinya adalah perintah Allah, sehingga mengkhianatinya sama saja dengan meremehkan titipan-Nya.

Rasulullah SAW pun pernah ditanya tentang tanda-tanda kiamat, beliau menjawab:

“Jika amanah disia-siakan, maka tunggulah kehancuran.” Sahabat bertanya: “Bagaimana maksudnya amanah disia-siakan?” Rasulullah menjawab: “Jika suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.” (HR. Bukhari).

Hadits ini memberikan pelajaran penting: menyalurkan amanah kepada orang yang tidak layak adalah sebuah bentuk kedzaliman sejak awal. Apalagi jika orang yang sudah diberi amanah kemudian menelantarkannya, maka kerusakan akan semakin besar.

Relevansi dalam Kehidupan Sehari-Hari

Dalam konteks kehidupan modern, amanah tidak hanya berbicara tentang jabatan publik, tetapi juga mencakup setiap aspek kehidupan:

  • Amanah dalam pekerjaan: melaksanakan tugas dengan jujur dan profesional.

  • Amanah dalam keluarga: menjaga nafkah, kehormatan, dan pendidikan anak.

  • Amanah dalam organisasi: mengelola keuangan, program, dan tanggung jawab sosial dengan benar.

  • Amanah dalam ilmu: menyampaikan pengetahuan tanpa diselewengkan.

Jika amanah diabaikan, maka muncullah berbagai penyakit sosial: korupsi, nepotisme, manipulasi, ketidakadilan, hingga kehancuran moral. Semua itu berakar dari satu hal: tidak menjaga amanah.

Penutup

Mengabaikan amanah adalah sebuah bentuk kelalaian sekaligus pengkhianatan. Dalam perspektif Islam, hal ini termasuk kategori dzalim, baik kepada diri sendiri, orang lain, maupun kepada Allah SWT. Oleh karena itu, setiap Muslim wajib menyadari bahwa amanah adalah ujian yang kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.

Sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Ahzab: 72:

“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, lalu dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu sangat dzalim dan sangat bodoh.”

Ayat ini menegaskan bahwa amanah adalah sesuatu yang sangat berat. Barangsiapa yang menunaikannya dengan baik, maka ia akan mendapatkan pahala besar. Sebaliknya, siapa pun yang mengabaikannya, maka ia termasuk dalam golongan orang-orang yang dzalim.


------------
Penulis : Murdiyanto
Pembina Ekskul MI Watuagung
Wk. Ketua PC GP. Ansor Trenggalek

.
Share:

Terjemahkan

e-ujian.id