Jln. Suwur Desa Watuagung Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek 66382

Senin, Agustus 25, 2025

Program Makan Bergizi Gratis Perdana Digelar di MI Watuagung dan RA Miftahul Huda Watuagung


Watuagung, 25 Agustus 2025 – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) perdana resmi dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Watuagung dan Raudlatul Athfal (RA) Miftahul Huda Watuagung, Senin (25/8). Kegiatan ini digagas oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Desa Watuagung, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, sebagai upaya meningkatkan kesehatan dan kecukupan gizi anak-anak usia sekolah.

Sejak pagi, ratusan siswa tampak antusias mengikuti kegiatan makan bersama dengan menu sehat dan bergizi yang telah disiapkan oleh tim SPPG. Program MBG ini diharapkan dapat menjadi langkah nyata dalam mendukung tumbuh kembang anak secara optimal serta meningkatkan konsentrasi belajar mereka di sekolah.

Kepala MI Watuagung, Bapak Mustarom, S.Pd.I, menyampaikan rasa syukur dan apresiasi atas terlaksananya program perdana tersebut.

“Kami sangat berterima kasih kepada SPPG Desa Watuagung yang telah menghadirkan program Makan Bergizi Gratis ini. InsyaAllah program ini akan sangat bermanfaat bagi anak-anak kami, khususnya dalam menjaga kesehatan dan mendukung prestasi belajar mereka. Semoga program ini terus berlanjut dan menjadi berkah bagi seluruh masyarakat,” ujarnya.


Hal senada juga disampaikan oleh Kepala RA Miftahul Huda Watuagung, Ibu Fatonah, S.Pd.I, yang menilai kegiatan ini sangat tepat sasaran, terutama bagi anak-anak usia dini.

“Program MBG ini sungguh luar biasa. Anak-anak di usia dini sangat membutuhkan asupan gizi seimbang agar tumbuh sehat dan cerdas. Kami atas nama lembaga mengucapkan terima kasih kepada SPPG Desa Watuagung yang telah peduli dan berkontribusi nyata dalam mencetak generasi yang sehat, kuat, dan berprestasi,” tutur beliau.

Dengan terselenggaranya program MBG perdana ini, masyarakat Desa Watuagung berharap agar inisiatif tersebut dapat terus berlanjut secara rutin dan meluas ke seluruh satuan pendidikan di wilayah Kecamatan Watulimo. Selain untuk memenuhi kebutuhan gizi, kegiatan ini juga memperkuat sinergi antara lembaga pendidikan, pemerintah desa, dan masyarakat dalam membangun generasi emas Indonesia.



Kontributor : Tim Media MI Watuagung
Fotografer : Bu Lia & Bu Fat
.
Share:

MI Watuagung Gelar Upacara Bendera Rutin Setiap Hari Senin Sebagai Wujud Penanaman Nilai-Nilai Kebangsaan


Watuagung – Madrasah Ibtidaiyah (MI) Watuagung, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, secara konsisten melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin pagi. Kegiatan ini merupakan agenda rutin madrasah yang bertujuan menanamkan nilai-nilai nasionalisme, kedisiplinan, dan semangat kebangsaan kepada seluruh peserta didik.

Upacara yang digelar di halaman madrasah tersebut diikuti oleh seluruh siswa, dewan guru, dan staf madrasah. Bertindak sebagai pembina upacara pada Senin (25/08), Kepala MI Watuagung, Bapak Mustarom, S.Pd.I, menyampaikan amanat yang menekankan pentingnya menjaga semangat cinta tanah air sejak dini.

“Upacara bendera bukan hanya kegiatan seremonial, tapi juga sarana membentuk karakter disiplin dan cinta tanah air. Di tengah tantangan zaman, anak-anak kita harus tumbuh dengan jiwa nasionalisme yang kuat. Mari kita jadikan momen ini sebagai pembiasaan yang membentuk pribadi unggul, religius, dan berintegritas,” ungkap Bapak Mustarom dalam amanatnya.


Lebih lanjut, beliau juga mengajak seluruh siswa untuk tidak hanya menghormati simbol negara seperti bendera Merah Putih dan lagu kebangsaan Indonesia Raya, tetapi juga meneladani nilai-nilai perjuangan para pahlawan dalam kehidupan sehari-hari.

“Kedisiplinan, tanggung jawab, dan saling menghargai adalah nilai-nilai yang harus terus kita tanamkan. Mulailah dari hal kecil seperti datang tepat waktu, berpakaian rapi, dan mengikuti upacara dengan khidmat. Hal-hal seperti ini akan membentuk karakter kuat untuk masa depan kalian,” tambahnya.

Pelaksanaan upacara berlangsung khidmat dan tertib. Petugas upacara yang terdiri dari siswa-siswi kelas atas melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab, menunjukkan hasil latihan dan pembinaan yang dilakukan oleh guru-guru pendamping.


Kegiatan ini juga menjadi ajang pelatihan kepemimpinan bagi para siswa, karena setiap minggu petugas upacara bergiliran dari kelas yang berbeda. Dengan demikian, semua siswa mendapat kesempatan belajar bertanggung jawab, bekerja sama dalam tim, dan tampil di hadapan umum.

Konsistensi MI Watuagung dalam melaksanakan upacara bendera ini diapresiasi oleh orang tua murid dan masyarakat sekitar, karena dinilai mampu menjadi salah satu sarana pembentukan karakter anak-anak sejak usia dini dalam balutan nilai-nilai keislaman dan kebangsaan.



Kontributor : Tim Media MI Watuagung 
Share:

Minggu, Agustus 24, 2025

MI Watuagung Siapkan Stand Exposisi Bersama PAUD dan RA Miftahul Huda untuk Expo Desa Watuagung 2025


Watuagung - 
Dalam rangka menyemarakkan kegiatan Expo Desa Watuagung 2025 yang akan digelar mulai tanggal 27 s.d. 30 Agustus 2025 di Lapangan Desa Watuagung Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek, Madrasah Ibtidaiyah (MI) Watuagung bersama PAUD dan RA Miftahul Huda mulai mempersiapkan pembuatan stand eksposisi sejak Ahad, 24 Agustus 2025.

Persiapan tersebut dipusatkan di halaman rumah Kepala MI Watuagung, Bapak Mustarom, S.Pd.I, dengan kegiatan meliputi perancangan desain, pencetakan banner, hingga perakitan rumah stand. Proses pembuatan stand dikerjakan secara gotong-royong oleh tim relawan dan tenaga ahli, yaitu Bapak Murdiyanto dan Bapak Sukamto, di bawah komando langsung Kepala MI Watuagung.

Dalam kesempatan itu, Bapak Mustarom menyampaikan rasa syukur dan optimisme atas kekompakan tim persiapan.

“Kegiatan expo ini bukan sekadar ajang pamer karya, namun juga sebagai ruang bagi MI Watuagung, PAUD, dan RA Miftahul Huda untuk memperlihatkan semangat kreativitas serta memperkenalkan potensi lembaga pendidikan kita kepada masyarakat luas. Kami sangat berterima kasih kepada para relawan yang dengan tulus meluangkan waktu dan tenaga demi kemajuan madrasah,” ungkapnya.


Sementara itu, Bapak Murdiyanto selaku relawan dan tim perancang stand menegaskan bahwa persiapan ini dilakukan dengan penuh semangat kebersamaan.

“Kami ingin memberikan yang terbaik. Stand ini dirancang agar menarik, edukatif, dan mampu menjadi daya tarik masyarakat dalam mengenal lebih dekat kegiatan pembelajaran maupun karya siswa. Dengan dukungan bersama, insyaAllah stand kita akan tampil maksimal,” ujarnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Sukamto, yang menambahkan bahwa semangat gotong-royong menjadi kunci keberhasilan persiapan.

“Kami bekerja bersama bukan hanya untuk suksesnya acara expo, tetapi juga untuk menumbuhkan rasa kebersamaan, kepedulian, dan kebanggaan terhadap lembaga kita,” katanya.

Dengan persiapan yang matang, stand eksposisi MI Watuagung bersama PAUD dan RA Miftahul Huda diharapkan mampu menjadi salah satu daya tarik utama dalam Expo Desa Watuagung 2025, sekaligus menjadi sarana silaturahmi, edukasi, dan promosi lembaga pendidikan Islam di tengah masyarakat.



Kontributor : Tim Media MI Watuagung
Share:

Sabtu, Agustus 23, 2025

Madrasah Ibtidaiyah: Menanam Ilmu, Menumbuhkan Akhlak Mulia


Pendidikan adalah investasi terbaik untuk masa depan. Di tengah arus perkembangan zaman yang begitu cepat, Madrasah Ibtidaiyah (MI) hadir sebagai pondasi awal bagi anak-anak kita untuk tumbuh menjadi generasi yang cerdas sekaligus berakhlak mulia.

MI tidak hanya sekadar sekolah dasar yang mengajarkan baca, tulis, hitung, atau ilmu pengetahuan umum lainnya. Lebih dari itu, madrasah mengajarkan bagaimana ilmu pengetahuan berpadu dengan nilai-nilai keagamaan. Di sinilah keistimewaan MI: membekali anak-anak dengan kecerdasan intelektual sekaligus kecerdasan spiritual.

Bayangkan betapa indahnya ketika seorang anak sejak dini sudah terbiasa membaca doa sebelum belajar, disiplin melaksanakan salat, hormat kepada guru, sekaligus mampu memahami pelajaran sains, matematika, dan bahasa dengan baik. Inilah generasi yang kita cita-citakan: generasi berilmu, beriman, dan berakhlakul karimah.

Madrasah Ibtidaiyah juga menjadi tempat persemaian nilai-nilai kebangsaan. Anak-anak diajarkan bahwa cinta tanah air adalah bagian dari iman. Dengan begitu, MI tidak hanya mencetak pribadi muslim yang taat, tetapi juga warga negara yang cinta Indonesia.

Lebih dari itu, madrasah tersebar hingga ke pelosok desa, membuka akses pendidikan bagi semua kalangan. Tidak ada sekat kaya atau miskin, desa atau kota, semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan meraih cita-cita di MI.

Karena itulah, sudah seharusnya kita semua—orang tua, masyarakat, dan pemerintah—bersinergi mendukung perkembangan Madrasah Ibtidaiyah. Dukungan nyata, baik melalui perhatian, doa, maupun kontribusi, akan menjadi energi besar bagi madrasah dalam melahirkan generasi unggul penerus bangsa.

Mari bersama-sama kita jaga, kita rawat, dan kita majukan Madrasah Ibtidaiyah. Karena dari madrasah inilah akan lahir generasi yang bukan hanya pandai, tetapi juga santun, berakhlak, dan siap menghadapi tantangan zaman.



Penulis : Murdiyanto
Wakil Sekretaris MWC NU Watulimo
Share:

Minggu, Agustus 17, 2025

MI Watuagung Gelar Upacara Detik-Detik Proklamasi HUT ke-80 RI: Menanamkan Semangat Kebangsaan Sejak Usia Dini


Watuagung, 17 Agustus 2025 – Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, keluarga besar PAUD, RA Miftahul Huda, dan MI Watuagung menggelar Upacara Detik-Detik Proklamasi di halaman MI Watuagung, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, pada Ahad (17/8/2025).

Upacara berlangsung khidmat dengan diikuti oleh seluruh dewan asatidz-asatidzah serta siswa-siswi dari PAUD, RA, dan MI Watuagung. Bertindak sebagai pembina upacara, Kepala MI Watuagung, Bapak Mustarom, S.Pd.I, yang dalam amanatnya menekankan pentingnya semangat kebangsaan dan rasa syukur atas nikmat kemerdekaan yang telah diwariskan oleh para pahlawan bangsa.

“Hari ini kita semua berdiri di sini bukan sekadar untuk melaksanakan upacara, tetapi untuk mengenang perjuangan para pahlawan yang telah rela berkorban demi kemerdekaan bangsa ini. Tugas kita sebagai generasi penerus adalah mengisi kemerdekaan dengan belajar sungguh-sungguh, berakhlak mulia, dan berbakti kepada orang tua serta guru,” tegas Mustarom.

Beliau juga mengingatkan bahwa peringatan HUT ke-80 RI dengan tema “Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju” harus menjadi motivasi bagi para peserta didik untuk meraih prestasi dan memberikan kontribusi terbaik bagi bangsa di masa depan.

“Kemerdekaan ini adalah amanah. Dengan persatuan dan kerja keras, kita bisa membawa Indonesia menuju kejayaan. Anak-anakku, belajarlah dengan tekun karena masa depan negeri ini ada di tangan kalian,” tambahnya penuh semangat.


Rangkaian upacara dimulai dengan pengibaran bendera Merah Putih yang diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya, kemudian pembacaan teks proklamasi, mengheningkan cipta, serta doa bersama. Para siswa tampak antusias mengikuti jalannya upacara dengan tertib, mencerminkan semangat kebangsaan meskipun masih berada di bangku pendidikan dasar.

Setelah prosesi upacara selesai, kegiatan dilanjutkan dengan berbagai macam perlombaan dan permainan rakyat yang diikuti oleh santri PAUD, RA Miftahul Huda, dan santri MI Watuagung. Suasana berlangsung meriah dan penuh kegembiraan, anak-anak terlihat bersemangat mengikuti berbagai lomba dan permainan tradisional lainnya.

Perlombaan ini tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga sarana menanamkan nilai sportivitas, kebersamaan, dan semangat perjuangan dalam suasana riang gembira. Guru dan wali murid pun ikut memberikan dukungan penuh, sehingga suasana peringatan HUT ke-80 RI di MI Watuagung benar-benar menjadi momen kebersamaan yang berkesan.

Dengan terselenggaranya rangkaian kegiatan ini, MI Watuagung meneguhkan komitmennya untuk tidak hanya mendidik siswa dalam bidang ilmu pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter kebangsaan, religius, serta menumbuhkan rasa cinta tanah air sejak dini.



Oleh : Tim Media MI Watuagung
.
Share:

Doa Kebangsaan di MI Watuagung: Menyatukan Nasionalisme dan Spiritualitas untuk Indonesia Tercinta


Watuagung – Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, keluarga besar PAUD, RA Miftahul Huda, dan MI Watuagung bersama Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (NU) Desa Watuagung menyelenggarakan Doa Kebangsaan pada Sabtu (16/8/2025). Kegiatan yang dipusatkan di halaman MI Watuagung, Dusun Suwur, Desa Watuagung, Kecamatan Watulimo ini berlangsung penuh khidmat dengan melibatkan ratusan hadirin dari berbagai unsur masyarakat.

Hadir dalam kegiatan ini para santri, wali santri, dewan asatidz dan asatidzat, pengurus ranting NU, serta takmir masjid dan mushola setempat. Suasana nasionalisme berpadu dengan nuansa religius ketika seluruh jamaah larut dalam lantunan istighotsah, memanjatkan doa agar bangsa Indonesia senantiasa mendapat perlindungan Allah SWT.

Kepala MI Watuagung, Bapak Mustarom, S.Pd.I, dalam sambutannya menegaskan bahwa Doa Kebangsaan merupakan wujud nyata kecintaan warga madrasah terhadap tanah air.

“Hari kemerdekaan bukan hanya tentang mengenang perjuangan para pahlawan, tetapi juga bagaimana kita menanamkan semangat nasionalisme kepada anak-anak didik sejak dini. Doa kebangsaan ini menjadi sarana untuk menyatukan hati kita agar bangsa Indonesia senantiasa diberi kekuatan, kedamaian, dan persatuan,” ungkap beliau.

Acara kemudian dilanjutkan dengan istighotsah yang dipimpin oleh Bapak Murdiyanto, Wakil Sekretaris MWC NU Watulimo. Suasana semakin syahdu ketika doa bersama dipanjatkan untuk keselamatan bangsa dan arwah para pahlawan. Dalam tausiyah singkatnya, beliau menekankan pentingnya peran spiritualitas dalam menjaga keberlangsungan kemerdekaan.

“Kemerdekaan bangsa Indonesia diraih dengan perjuangan dan doa yang tak henti-henti dari para pejuang dan ulama. Maka sudah sepatutnya kita, generasi penerus, menjaga dan mengisi kemerdekaan itu dengan semangat ukhuwah, pengabdian, dan doa yang tulus,” tutur Murdiyanto.


Puncak acara ditutup dengan doa penutup oleh KH. Muyani, Wakil Rais Syuriyah NU Ranting Watuagung. Dengan penuh kekhusyukan, beliau memanjatkan doa agar bangsa Indonesia selalu dalam lindungan Allah SWT, dijauhkan dari segala bencana, serta dianugerahi pemimpin yang amanah dan rakyat yang rukun dalam bingkai persatuan.

Bagi MI Watuagung, kegiatan ini tidak hanya bernilai spiritual, tetapi juga menjadi ruang silaturahim yang mempererat hubungan antara madrasah, wali murid, masyarakat, dan pengurus NU. Kehangatan kebersamaan terlihat dari antusiasme para santri, rasa syukur para orang tua, serta semangat kebangsaan para tokoh agama yang hadir.

Bagi masyarakat Desa Watuagung, Doa Kebangsaan ini menjadi simbol bahwa nasionalisme dan religiusitas tidak dapat dipisahkan. Semangat cinta tanah air harus berjalan beriringan dengan ketaatan kepada Allah SWT, sebagaimana ajaran para ulama NU yang menekankan prinsip hubbul wathan minal iman (cinta tanah air adalah bagian dari iman).



Oleh : Tim Media MI Watuagung
.
Share:

Kamis, Agustus 14, 2025

Sejarah Kepemimpinan Gerakan Pramuka

Sejarah Kepemimpinan

Ketua Majelis Pembimbing Nasional dari Masa ke Masa

1945-1967Dr. (H.C.) Ir. H. Soekarno
1967-1998Jenderal Besar TNI (Purn.) H. M. Soeharto
1998-1999Prof. Dr. Ir. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng
1999-2001Dr. (H.C.) K. H. Abdurrahman Wahid
2001-2004Prof. Dr. (H.C.) Hj. Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri
2004-2014Jenderal TNI (HOR) (Purn.) Prof. Dr. Dr. (HC). H. Susilo Bambang Yudhoyono, M.A.
2014-sekarangIr. H. Joko Widodo

Ketua Kwartir Nasional dari Masa ke Masa

1961–1974Sri Sultan Hamengkubuwono IX
1974–1978Letjen. M. Sarbini
1978–1993Letjen. Mashudi
1993–1998Letjen. Himawan Soetanto
1998–2003Letjen. Rivai Harahap
2003–2013Prof. Dr. Azrul Azwar, MPH
2013–2018Dr. H. Adhyaksa Dault, S.H., M.Si.
2018–2023Komjen. Pol (Purn) Drs. Budi Waseso
Share:

Tentang Gerakan Pramuka


Gerakan Pramuka adalah organisasi pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan yang dilaksanakan di Indonesia. Kata Pramuka merupakan singkatan dari Praja Muda Karana, yang memiliki arti Orang Muda yang Suka Berkarya.

“Pramuka” merupakan sebutan bagi Anggota Gerakan Pramuka, yang meliputi;

  1. Pramuka Siaga (7-10 tahun),
  2. Pramuka Penggalang (11-15 tahun),
  3. Pramuka Penegak (16-20 tahun) dan
  4. Pramuka Pandega (21-25 tahun).

Kelompok anggota yang lain disebut anggota dewasa. Sedangkan yang dimaksud “Kepramukaan” adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur. Kepramukaan adalah sistem pendidikan kepanduan yang disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan masyarakat dan bangsa Indonesia.

Kepanduan di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1923 yang ditandai dengan didirikannya (Belanda) Nationale Padvinderij Organisatie (NPO) di Bandung. Sedangkan pada tahun yang sama, di Jakarta didirikan (Belanda) Jong Indonesische Padvinderij Organisatie (JIPO). Kedua organisasi cikal bakal kepanduan di Indonesia ini meleburkan diri menjadi satu bernama (Belanda) Indonesische Nationale Padvinderij Organisatie (INPO) di Bandung pada tahun 1926.

Tujuan Gerakan Pramuka

Gerakan Pramuka bertujuan untuk membentuk setiap Pramuka agar memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki berkecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negeara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan.

Prinsip Dasar Kepramukaan

  • Iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
  • Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya;
  • Peduli terhadap dirinya pribadi; dan
  • Taat kepada Kode Kehormatan Pramuka.

Metode Kepramukaan

  • pengamalan Kode Kehormatan Pramuka;
  • belajar sambil melakukan;
  • kegiatan berkelompok, bekerjasama, dan berkompetisi;
  • kegiatan yang menarik dan menantang;
  • kegiatan di alam terbuka;
  • kehadiran orang dewasa yang memberikan bimbingan, dorongan, dan dukungan;
  • penghargaan berupa tanda kecakapan; dan
  • satuan terpisah antara putra dan putri;

Sifat

Berdasarkan resolusi Konferensi Kepanduan Sedunia tahun 1924 di Kopenhagen, Denmark, maka Kepanduan mempunyai tiga sifat atau ciri khas, yaitu :

  • Nasional, yang berarti suatu organisasi yang menyelenggarakan kepanduan di suatu negara haruslah menyesuaikan pendidikannya itu dengan keadaan, kebutuhan dan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.
  • Internasional, yang berarti bahwa organisasi kepanduan di negara manapun di dunia ini harus membina dan mengembangkan rasa persaudaraan dan persahabatan antara sesama Pandu dan sesama manusia, tanpa membedakan kepercayaan/agama, golongan, tingkat, suku dan bangsa.
  • Universal, yang berarti bahwa kepanduan dapat dipergunakan di mana saja untuk mendidik anak-anak dari bangsa apa saja.


Ditulis oleh : Kak Myanto
Sumber : Kwarnas
Share:

Terjemahkan

Alamat Kantor

e-ujian.id