NPSN : 60714452 | NSM : 111235030055 | IJOB NO. : MIS/03.0055/2017 | AKTE NOTARIS : NO. 4, MUNYATI SULLAM, S.H., M.H. | Pengesahan Akta Notaris : AHU-119.AH.01.08.TAHUN 2013 / 26 JUNI 2013 | Tanggal Pendirian : 01 JANUARI 1965

Minggu, November 09, 2025

Bahaya Ghibah: Dosa yang Terasa Ringan, Namun Berat di Sisi Allah


Dalam kehidupan sehari-hari, ghibah atau menggunjing sering kali dianggap hal sepele. Kadang muncul dalam obrolan ringan, kadang dibungkus dalam bentuk candaan atau bahkan dalih “sekadar cerita”. Padahal, di balik ringan lidah mengucapkannya, tersimpan dosa besar yang menggerogoti hati, menghapus pahala, dan merusak ukhuwah sesama muslim.

Makna Ghibah Menurut Islam

Secara bahasa, ghibah berarti membicarakan seseorang di belakangnya. Rasulullah ﷺ menjelaskan makna ini dengan sangat jelas:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا الْغِيبَةُ؟ قَالَ: ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ.
قِيلَ: أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ؟ قَالَ: إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ.

Artinya:

“Ghibah adalah engkau menyebut saudaramu dengan sesuatu yang ia benci.”
Sahabat bertanya: “Bagaimana jika apa yang aku katakan benar ada pada dirinya?”

Beliau menjawab: “Jika benar ada padanya, maka engkau telah menggunjingnya. Jika tidak ada, maka engkau telah memfitnahnya.” (HR. Muslim)

Ghibah dalam Pandangan Al-Qur’an

Allah ﷻ menggambarkan betapa menjijikkan perbuatan ghibah dengan perumpamaan yang mengguncang hati:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12)

Ayat ini mengajarkan bahwa menggunjing seseorang sama menjijikkannya seperti memakan daging saudaranya yang sudah meninggal — sebuah gambaran yang mengguncang nurani siapa pun yang masih memiliki hati yang hidup.

Dampak Buruk Ghibah

  1. Menghapus pahala amal kebaikan.
    Rasulullah ﷺ bersabda:

    “Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?”
    Para sahabat menjawab: “Orang yang tidak punya uang dan harta.”
    Beliau bersabda:
    “Orang yang bangkrut dari umatku adalah yang datang pada hari kiamat dengan membawa shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia telah mencaci orang lain, menuduh orang lain, memakan harta orang lain, menumpahkan darah, dan memukul orang lain. Maka kebaikannya diberikan kepada mereka, dan bila habis kebaikannya sebelum membayar semua kesalahannya, dosa-dosa mereka diberikan kepadanya, lalu ia dilemparkan ke neraka.”
    (HR. Muslim)

  2. Menumbuhkan kebencian dan perpecahan.

    Ghibah mematikan ukhuwah, menumbuhkan prasangka, dan menimbulkan permusuhan di tengah umat.

  3. Merusak hati pelakunya.

    Hati yang terbiasa menjelekkan orang lain akan kehilangan rasa kasih sayang dan empati. Lidah menjadi tajam, namun hati menjadi beku.

Menjaga Lisan, Menyelamatkan Iman

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Diam lebih mulia daripada berbicara yang melukai. Menahan diri dari ghibah bukan berarti lemah, melainkan tanda kematangan iman dan keteguhan hati.

Ubah Ghibah Menjadi Doa

Daripada membicarakan kekurangan orang lain, lebih baik kita mendoakan agar Allah memperbaikinya. Sebab, siapa tahu orang yang kita bicarakan justru lebih dekat dengan surga dibanding kita yang suka menggunjing.

Ghibah adalah dosa yang ringan di lidah, namun berat di timbangan amal. Mari kita jaga lisan, sucikan hati, dan isi waktu dengan kebaikan. Karena setiap kata akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah kelak.

Share:

Terjemahkan

Arsip Digital Online

Mars LP Ma'arif NU