Watulimo, 8 November 2025 — Ribuan pelajar santri dari berbagai satuan pendidikan di bawah naungan PC LP. Ma’arif NU Kabupaten Trenggalek tumpah ruah memenuhi Halaman Balai Desa Karanggandu, Kecamatan Watulimo dalam ajang bergengsi Lomba Jelajah Situs Sejarah Santri Trenggalek (LJS3T) ke-VII Tahun 2025, Sabtu (8/11).
Dalam perhelatan tahun ini, panitia menggelar sembilan cabang perlombaan yang sarat makna dan nilai karakter, yaitu:
-
Hafalan Tahlil Qashar
-
Lomba Permainan Terompah/Bangkiak
-
Melukis Logo atau Lambang NU
-
Hafalan Surat Yasin
-
Pembacaan Teks Resolusi Jihad
-
Olimpiade Aswaja
-
Tebak Tokoh NU dan Lambang Banom NU
-
Yel-yel Mars Syubbanul Wathon dan Pramuka
-
Scouting Skill Pionering
Kesembilan cabang lomba ini dirancang untuk mengasah kemampuan religius, kebangsaan, serta keterampilan kepramukaan para peserta.
Acara dibuka secara resmi oleh Ketua PC LP. Ma’arif NU Trenggalek, Dr. Mohib Asrori, S.Pd.I., M.Si., bersama Ketua SAKOMA NU Kwarcab Trenggalek, H. Mahsun Ismail, S.Ag., M.M.
“Santri tidak hanya dituntut cerdas dalam akademik, tetapi juga harus kuat dalam spiritual, cinta tanah air, dan siap berjuang menegakkan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah. Melalui kegiatan ini, kita ingin menumbuhkan kembali semangat jihad intelektual dan sosial ala para ulama pendahulu kita,” ujarnya disambut tepuk tangan meriah para peserta.
Sementara itu, H. Mahsun Ismail menambahkan bahwa ajang ini adalah ruang berlatih untuk mencetak kader muda NU yang tangguh dan berwawasan kebangsaan.
“Pramuka Ma’arif harus menjadi pelopor santri yang disiplin, kreatif, dan berjiwa sosial tinggi. LJS3T bukan sekadar lomba, tapi wadah pembentukan karakter dan penguatan ideologi kebangsaan berbasis nilai-nilai Islam Aswaja,” tuturnya.
Kepala MI Watuagung, Bapak Mustarom, memberikan apresiasi tinggi atas semangat para peserta.
“Kami sangat bangga dengan perjuangan anak-anak kami. Mereka menunjukkan semangat santri sejati — pantang menyerah, disiplin, dan tetap ceria meski di tengah terik panas dan persaingan yang ketat. Kegiatan ini bukan semata soal juara, tetapi soal menanamkan nilai perjuangan dan cinta tanah air di dada setiap santri,” ungkapnya.
Para peserta dan pendamping juga merasakan antusiasme luar biasa dari masyarakat sekitar. Ribuan penonton, mulai dari wali santri, guru, hingga warga Desa Karanggandu dan sekitarnya turut menyaksikan jalannya perlombaan dengan penuh semangat. Suasana desa berubah menjadi lautan semangat hijau NU dan keceriaan khas santri Ma’arif.
Melalui kegiatan ini, peserta diajak mengenal jejak perjuangan para ulama dan santri dalam mempertahankan kemerdekaan serta memahami nilai sejarah perjuangan Islam Nusantara. Hal ini sejalan dengan semangat Resolusi Jihad yang menjadi ruh pergerakan santri.







