Sejak awal pembelajaran, suasana kelas tampak hidup dan menyenangkan. Ibu Dyah membuka pelajaran dengan sapaan hangat serta memberikan motivasi kepada siswa agar mencintai bahasa daerah, khususnya Basa Jawa Krama Inggil. Hal ini sejalan dengan upaya melestarikan bahasa ibu yang menjadi identitas budaya Jawa.
- “Sirah punika ingkang tegesipun kepala.”
- “Mata punika tegesipun mripat.”
- “Irung punika ingkang ateges grana.”
- “Cangkem punika tegesipun tutuk.”
- “Tangan punika ingkang ateges asto.”
- “Suku punika tegesipun sikil.”
Siswa pun diajak mengulangi secara serempak hingga satu per satu untuk melatih pelafalan dan pemahaman. Dengan metode interaktif, guru juga memberikan permainan tebak-tebakan sederhana, seperti menunjuk bagian tubuh sambil menyebutkan istilahnya. Suasana kelas pun dipenuhi tawa riang, namun tetap serius dalam mempelajari materi.
“Anak-anak kedah saged ngucapaken kanthi bener, amargi basa krama punika minangka tata krama lan unggah-ungguhing bangsa Jawa,” tutur Ibu Dyah dalam pembelajarannya.
Kegiatan pembelajaran berakhir dengan evaluasi singkat. Siswa diminta maju secara bergantian untuk menyebutkan bagian tubuh yang ditunjukkan guru. Banyak siswa yang berhasil menjawab dengan benar, meski beberapa masih perlu bimbingan.
Dengan pembelajaran yang komunikatif dan menyenangkan, siswa kelas 1 MI Watuagung semakin bersemangat dalam mempelajari bahasa Jawa. Materi tentang perangane awak ini tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi juga menanamkan kecintaan terhadap budaya Jawa sejak usia dini. (My-DN).