NPSN : 60714452 | NSM : 111235030055 | IJOB NO. : MIS/03.0055/2017 | AKTE NOTARIS : NO. 4, MUNYATI SULLAM, S.H., M.H. | Pengesahan Akta Notaris : AHU-119.AH.01.08.TAHUN 2013 / 26 JUNI 2013 | Tanggal Pendirian : 01 JANUARI 1965

Kamis, November 13, 2025

Beberapa Ciri Guru yang tidak Empati terhadap Sekolahnya


Berikut beberapa ciri-ciri guru yang tidak empati terhadap sekolahnya:
1. 🧍‍♂️ Tidak peduli terhadap lingkungan sekolah
Tidak ikut menjaga kebersihan, keindahan, dan kenyamanan sekolah.
Tidak merasa memiliki terhadap fasilitas sekolah.

2. 🗣️ Kurang menghargai rekan kerja dan pimpinan
Sering mengeluh, menjelekkan sekolah atau kepala sekolah.
Tidak mau bekerja sama dalam kegiatan sekolah.

3. 📚 Tidak terlibat dalam kegiatan sekolah
Enggan berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler, rapat, atau acara sekolah.
Hanya datang untuk mengajar, tanpa peduli pada kehidupan sekolah secara keseluruhan.

4. 🕒 Kurang disiplin dan tanggung jawab
Sering datang terlambat atau pulang sebelum waktunya.
Tidak menyiapkan pembelajaran dengan baik.

5. 💬 Tidak peka terhadap kebutuhan peserta didik dan lingkungan sekolah
Tidak berusaha memahami permasalahan siswa atau kondisi sekolah.
Acuh terhadap kesulitan siswa atau rekan kerja.

6. 💼 Berorientasi pada kepentingan pribadi
Lebih mementingkan keuntungan pribadi daripada kemajuan sekolah.
Tidak punya semangat untuk memajukan nama baik sekolah.

7. 💔 Tidak memiliki rasa bangga terhadap sekolahnya
Tidak ikut mempromosikan atau menjaga citra baik sekolah.
Menganggap sekolahnya tempat kerja biasa, bukan bagian dari dirinya.
Share:

Senin, November 10, 2025

Semangat Kepahlawanan Menyala di Halaman MI Watuagung: “Pahlawanku Teladanku, Terus Bergerak Melanjutkan Perjuangan”


Watuagung Dalam suasana penuh khidmat dan semangat kebangsaan, keluarga besar PAUD, RA Miftahul Huda, dan MI Watuagung melaksanakan Upacara Bendera dalam rangka memperingati Hari Pahlawan Nasional Tahun 2025 di halaman MI Watuagung, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, pada Senin, 10 November 2025.

Kegiatan ini bertepatan dengan agenda rutin Upacara Bendera setiap hari Senin, namun kali ini terasa lebih istimewa karena dilaksanakan untuk mengenang jasa para pahlawan bangsa yang telah berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Seluruh siswa dari tiga lembaga—mulai dari jenjang PAUD, RA Miftahul Huda, hingga MI Watuagung—turut mengikuti kegiatan dengan tertib dan penuh semangat, bersama seluruh dewan guru dan tenaga kependidikan. Bapak Mustarom, S.Pd.I, selaku Kepala MI Watuagung, bertindak sebagai Pembina Upacara.

Dalam amanatnya, Bapak Mustarom, S.Pd.I menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya meneladani semangat juang para pahlawan. Ia mengingatkan bahwa generasi muda saat ini memiliki tanggung jawab besar untuk meneruskan perjuangan dengan cara yang berbeda—melalui belajar dengan sungguh-sungguh, berakhlak mulia, dan berkontribusi bagi bangsa.

“Anak-anakku yang saya banggakan, para pahlawan dahulu berjuang dengan mengorbankan jiwa dan raga. Tugas kita hari ini bukan lagi mengangkat senjata, tetapi berjuang dengan ilmu, semangat belajar, dan berbuat baik kepada sesama. Jadilah pahlawan di lingkungan sekolah, di rumah, dan di masyarakat dengan menunjukkan teladan yang baik dan prestasi yang membanggakan,” tutur beliau.

Lebih lanjut, beliau menegaskan makna dari tema Peringatan Hari Pahlawan 2025, yakni “Pahlawanku Teladanku, Terus Bergerak Melanjutkan Perjuangan”.

“Tema ini mengajak kita semua untuk tidak berhenti pada mengenang jasa pahlawan, tetapi meneladani sikap pantang menyerah, gotong royong, dan cinta tanah air dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus terus bergerak, berjuang dalam kebaikan, serta menjaga semangat nasionalisme di tengah tantangan zaman,” tambahnya.


Upacara berlangsung dengan tertib dan lancar, diiringi lagu-lagu perjuangan yang menggugah semangat nasionalisme peserta.

Dikonfirmasi terpisah, usai pelaksanaan upacara, Ibu Fatonah, S.Pd.I, selaku Kepala RA Miftahul Huda, turut memberikan sambutan dan refleksi singkat tentang pentingnya menanamkan nilai-nilai kepahlawanan sejak usia dini.

“Anak-anak usia RA dan PAUD memang masih kecil, namun di usia inilah pondasi karakter dan semangat nasionalisme mulai dibentuk. Kami berharap, melalui kegiatan seperti ini, anak-anak dapat belajar menghormati jasa pahlawan dan menumbuhkan rasa cinta tanah air sejak dini,” ujarnya.

Beliau juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh guru dan peserta didik yang telah berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini.

“Terima kasih kepada seluruh panitia dan dewan guru yang telah bekerja sama menyukseskan kegiatan upacara ini. Semoga semangat kepahlawanan hari ini menjadi inspirasi untuk terus menumbuhkan karakter baik, disiplin, dan tanggung jawab pada diri anak-anak kita,” pungkasnya.

Peringatan Hari Pahlawan di MI Watuagung tahun ini tidak hanya menjadi momentum mengenang jasa para pahlawan, tetapi juga menjadi ajang pembentukan karakter, nasionalisme, dan semangat juang bagi peserta didik di era modern.

Dengan suasana penuh semangat dan kebersamaan antar lembaga di bawah naungan Lembaga Pendidikan Ma'arif NU, kegiatan ini diharapkan dapat memupuk nilai-nilai perjuangan, tanggung jawab, dan gotong royong di kalangan peserta didik, guru, serta masyarakat sekolah. (My-ATS)

Share:

Minggu, November 09, 2025

Bahaya Ghibah: Dosa yang Terasa Ringan, Namun Berat di Sisi Allah


Dalam kehidupan sehari-hari, ghibah atau menggunjing sering kali dianggap hal sepele. Kadang muncul dalam obrolan ringan, kadang dibungkus dalam bentuk candaan atau bahkan dalih “sekadar cerita”. Padahal, di balik ringan lidah mengucapkannya, tersimpan dosa besar yang menggerogoti hati, menghapus pahala, dan merusak ukhuwah sesama muslim.

Makna Ghibah Menurut Islam

Secara bahasa, ghibah berarti membicarakan seseorang di belakangnya. Rasulullah ﷺ menjelaskan makna ini dengan sangat jelas:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا الْغِيبَةُ؟ قَالَ: ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ.
قِيلَ: أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ؟ قَالَ: إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ.

Artinya:

“Ghibah adalah engkau menyebut saudaramu dengan sesuatu yang ia benci.”
Sahabat bertanya: “Bagaimana jika apa yang aku katakan benar ada pada dirinya?”

Beliau menjawab: “Jika benar ada padanya, maka engkau telah menggunjingnya. Jika tidak ada, maka engkau telah memfitnahnya.” (HR. Muslim)

Ghibah dalam Pandangan Al-Qur’an

Allah ﷻ menggambarkan betapa menjijikkan perbuatan ghibah dengan perumpamaan yang mengguncang hati:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12)

Ayat ini mengajarkan bahwa menggunjing seseorang sama menjijikkannya seperti memakan daging saudaranya yang sudah meninggal — sebuah gambaran yang mengguncang nurani siapa pun yang masih memiliki hati yang hidup.

Dampak Buruk Ghibah

  1. Menghapus pahala amal kebaikan.
    Rasulullah ﷺ bersabda:

    “Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?”
    Para sahabat menjawab: “Orang yang tidak punya uang dan harta.”
    Beliau bersabda:
    “Orang yang bangkrut dari umatku adalah yang datang pada hari kiamat dengan membawa shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia telah mencaci orang lain, menuduh orang lain, memakan harta orang lain, menumpahkan darah, dan memukul orang lain. Maka kebaikannya diberikan kepada mereka, dan bila habis kebaikannya sebelum membayar semua kesalahannya, dosa-dosa mereka diberikan kepadanya, lalu ia dilemparkan ke neraka.”
    (HR. Muslim)

  2. Menumbuhkan kebencian dan perpecahan.

    Ghibah mematikan ukhuwah, menumbuhkan prasangka, dan menimbulkan permusuhan di tengah umat.

  3. Merusak hati pelakunya.

    Hati yang terbiasa menjelekkan orang lain akan kehilangan rasa kasih sayang dan empati. Lidah menjadi tajam, namun hati menjadi beku.

Menjaga Lisan, Menyelamatkan Iman

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Diam lebih mulia daripada berbicara yang melukai. Menahan diri dari ghibah bukan berarti lemah, melainkan tanda kematangan iman dan keteguhan hati.

Ubah Ghibah Menjadi Doa

Daripada membicarakan kekurangan orang lain, lebih baik kita mendoakan agar Allah memperbaikinya. Sebab, siapa tahu orang yang kita bicarakan justru lebih dekat dengan surga dibanding kita yang suka menggunjing.

Ghibah adalah dosa yang ringan di lidah, namun berat di timbangan amal. Mari kita jaga lisan, sucikan hati, dan isi waktu dengan kebaikan. Karena setiap kata akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah kelak.

Share:

Sabtu, November 08, 2025

Semangat Santri MI Watuagung Berkobar di Ajang LJS3T Ke-VII Tahun 2025 di Karanggandu Watulimo


Watulimo, 8 November 2025
— Ribuan pelajar santri dari berbagai satuan pendidikan di bawah naungan PC LP. Ma’arif NU Kabupaten Trenggalek tumpah ruah memenuhi Halaman Balai Desa Karanggandu, Kecamatan Watulimo dalam ajang bergengsi Lomba Jelajah Situs Sejarah Santri Trenggalek (LJS3T) ke-VII Tahun 2025, Sabtu (8/11).

Ajang tahunan yang digelar oleh Satuan Komunitas Pramuka Ma’arif NU (SAKOMA NU) Kwarcab Trenggalek ini menjadi momentum bersejarah bagi para santri untuk meneladani semangat jihad para ulama sekaligus meneguhkan semangat kebangsaan dan cinta tanah air melalui kegiatan edukatif, religius, dan rekreatif.

Dalam perhelatan tahun ini, panitia menggelar sembilan cabang perlombaan yang sarat makna dan nilai karakter, yaitu:

  1. Hafalan Tahlil Qashar

  2. Lomba Permainan Terompah/Bangkiak

  3. Melukis Logo atau Lambang NU

  4. Hafalan Surat Yasin

  5. Pembacaan Teks Resolusi Jihad

  6. Olimpiade Aswaja

  7. Tebak Tokoh NU dan Lambang Banom NU

  8. Yel-yel Mars Syubbanul Wathon dan Pramuka

  9. Scouting Skill Pionering

Kesembilan cabang lomba ini dirancang untuk mengasah kemampuan religius, kebangsaan, serta keterampilan kepramukaan para peserta.

Acara dibuka secara resmi oleh Ketua PC LP. Ma’arif NU Trenggalek, Dr. Mohib Asrori, S.Pd.I., M.Si., bersama Ketua SAKOMA NU Kwarcab Trenggalek, H. Mahsun Ismail, S.Ag., M.M.

Dalam sambutannya, Dr. Mohib Asrori menegaskan bahwa kegiatan seperti LJS3T merupakan bagian penting dari gerakan pendidikan karakter santri.

“Santri tidak hanya dituntut cerdas dalam akademik, tetapi juga harus kuat dalam spiritual, cinta tanah air, dan siap berjuang menegakkan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah. Melalui kegiatan ini, kita ingin menumbuhkan kembali semangat jihad intelektual dan sosial ala para ulama pendahulu kita,” ujarnya disambut tepuk tangan meriah para peserta.

Sementara itu, H. Mahsun Ismail menambahkan bahwa ajang ini adalah ruang berlatih untuk mencetak kader muda NU yang tangguh dan berwawasan kebangsaan.

“Pramuka Ma’arif harus menjadi pelopor santri yang disiplin, kreatif, dan berjiwa sosial tinggi. LJS3T bukan sekadar lomba, tapi wadah pembentukan karakter dan penguatan ideologi kebangsaan berbasis nilai-nilai Islam Aswaja,” tuturnya.


Dalam kegiatan tersebut, MI Watuagung turut mengirimkan dua regu andalan, masing-masing regu putra dan regu putri, yang tampil penuh semangat di setiap cabang lomba. Dengan pendampingan para Pembina Satuan Pramuka MI Watuagung, para peserta menunjukkan dedikasi luar biasa, bahkan di bawah teriknya matahari dan padatnya jadwal perlombaan.

Kepala MI Watuagung, Bapak Mustarom, memberikan apresiasi tinggi atas semangat para peserta.

“Kami sangat bangga dengan perjuangan anak-anak kami. Mereka menunjukkan semangat santri sejati — pantang menyerah, disiplin, dan tetap ceria meski di tengah terik panas dan persaingan yang ketat. Kegiatan ini bukan semata soal juara, tetapi soal menanamkan nilai perjuangan dan cinta tanah air di dada setiap santri,” ungkapnya.

Para peserta dan pendamping juga merasakan antusiasme luar biasa dari masyarakat sekitar. Ribuan penonton, mulai dari wali santri, guru, hingga warga Desa Karanggandu dan sekitarnya turut menyaksikan jalannya perlombaan dengan penuh semangat. Suasana desa berubah menjadi lautan semangat hijau NU dan keceriaan khas santri Ma’arif.

Melalui kegiatan ini, peserta diajak mengenal jejak perjuangan para ulama dan santri dalam mempertahankan kemerdekaan serta memahami nilai sejarah perjuangan Islam Nusantara. Hal ini sejalan dengan semangat Resolusi Jihad yang menjadi ruh pergerakan santri.

MI Watuagung menegaskan komitmennya untuk terus aktif dalam setiap kegiatan yang digagas oleh LP. Ma’arif NU dan SAKOMA NU Trenggalek.

Kegiatan LJS3T menjadi wadah untuk meneguhkan identitas santri MI Watuagung sebagai pelajar yang Religius, Cinta Tanah Air, dan Berkarakter Aswaja. (My)

Share:

Rabu, November 05, 2025

MI Watuagung Ikuti Festival Tahfidzul Qur’an Bil Qalam PC LP Ma’arif NU Trenggalek 2025 di MI Plus Watulimo


Watulimo — Suasana khidmat dan penuh semangat tampak menyelimuti halaman MI Plus Watulimo, Rabu (05/11/2025). Ratusan santri dari berbagai Madrasah Ibtida’iyah (MI) dan Sekolah Dasar (SD) Ma’arif NU se-Kabupaten Trenggalek berkumpul dalam Festival Tahfidzul Qur’an bil Qalam, sebuah ajang perdana yang diselenggarakan oleh PC LP. Ma’arif NU Kabupaten Trenggalek sebagai bagian dari rangkaian besar Semarak Festival Santri Ma’arif NU Trenggalek dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional Tahun 2025.

Kegiatan diikuti oleh sekitar 150 santri delegasi dari berbagai lembaga pendidikan di bawah naungan LP. Ma’arif NU. Tak hanya para peserta, kegiatan ini juga dihadiri oleh para guru pendamping, kepala madrasah, pengurus NU setempat, serta seluruh santri MI Plus Watulimo yang turut menyemarakkan acara sebagai tuan rumah.

Acara dimulai dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an, dilanjutkan prakata panitia, dan sambutan dari Ketua PC LP. Ma’arif NU Trenggalek, Dr. Mohib Asrori, S.Pd.I., M.Si. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan rasa syukur atas terselenggaranya kegiatan tersebut yang menjadi momentum bersejarah bagi Ma’arif NU Trenggalek.

“Kegiatan Festival Tahfidzul Qur’an bil Qalam ini merupakan kegiatan perdana yang diselenggarakan oleh PC LP. Ma’arif NU Trenggalek. Ini menjadi langkah awal yang insya Allah akan terus kita kembangkan sebagai bentuk pembinaan generasi Qur’ani di lingkungan Ma’arif,” tutur Dr. Mohib Asrori dalam sambutannya.


Lebih lanjut, beliau juga menyampaikan bahwa pada Sabtu, 8 November 2025 mendatang, PC LP. Ma’arif NU Trenggalek akan kembali menggelar Lomba Jelajah Sejarah Situs Santri Trenggalek (LJS3T) ke-7 yang akan berpusat di Desa Karanggandu, Kecamatan Watulimo, sebagai bentuk sinergi antara pendidikan, sejarah, dan semangat kebangsaan santri.

Acara pembukaan dilanjutkan dengan Launching Festival Tahfidzul Qur’an bil Qalam oleh H. Ahmad Nahrowi, M.Pd.I, selaku Sekretaris PC LP. Ma’arif NU Trenggalek. Dengan ucapan Basmallah, beliau secara resmi membuka festival tersebut dan menandai dimulainya parade tahfidz dari berbagai delegasi santri.

Dalam parade tahfidz, para santri menampilkan hafalan surah-surah pilihan seperti Surah Al-Kahfi, Yasin, Ar-Rahman, Tabarak, Al-Waqi’ah, serta dilanjutkan dengan juz 30 secara keseluruhan. Suara lantunan ayat-ayat suci yang merdu dan tartil menggema memenuhi ruang kegiatan, menciptakan suasana haru dan spiritual yang mendalam.


Sebagai bagian dari keluarga besar Ma’arif NU Trenggalek, MI Watuagung Kecamatan Watulimo turut berpartisipasi dalam ajang tersebut dengan mengirimkan enam santri terbaiknya. Mereka tampil penuh percaya diri dan semangat, didampingi langsung oleh Bapak Mustarom (Kepala MI Watuagung), bapak Imam Nahrowi dan Ibu Dyah Nuryatin, selaku guru madrasah.

Dalam kesempatan terpisah, Bapak Mustarom menyampaikan rasa bangga dan apresiasinya terhadap kegiatan ini.

“Kami sangat mengapresiasi PC LP. Ma’arif NU Trenggalek yang telah memprakarsai kegiatan luar biasa ini. Selain mempererat ukhuwah antarlembaga, kegiatan ini juga menjadi ruang yang sangat berharga untuk menumbuhkan semangat cinta Al-Qur’an di kalangan santri sejak dini,” ungkap beliau.

Beliau juga berharap agar kegiatan seperti ini dapat terus berlanjut setiap tahun dan semakin memperkuat tradisi santri Ma’arif dalam menghidupkan nilai-nilai Al-Qur’an di tengah kehidupan masyarakat.

Kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa LP. Ma’arif NU Trenggalek terus berinovasi dalam menghadirkan kegiatan bermakna bagi santri dan lembaga di bawah naungannya — menuju pendidikan Islam yang unggul, berkarakter, dan berlandaskan Al-Qur’an. (My)

Share:

Sabtu, November 01, 2025

Prestasi Gemilang MI Watuagung: Ananda Shelin Raih Juara 1 Lomba Mewarnai Kaligrafi di Festival Santri Ma’arif NU Ke-5


Trenggalek, 1 November 2025 — Kabar membanggakan kembali datang dari keluarga besar MI Watuagung Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek. Salah satu siswi terbaiknya, Ananda Diva Arshelina Sheza Mecca (Shelin), berhasil meraih Juara 1 Lomba Mewarnai Kaligrafi (Fase A) dalam ajang bergengsi Semarak Festival Santri Ma’arif NU Ke-5 HSN Tahun 2025. Kegiatan ini diselenggarakan oleh PC LP. Ma’arif NU Kabupaten Trenggalek dan dipusatkan di SMK Islam 1 Durenan pada hari Sabtu, 1 November 2025.

Lomba yang diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai sekolah dan madrasah di bawah naungan LP Ma’arif NU Kabupaten Trenggalek ini menjadi ajang unjuk kreativitas, kecintaan pada seni islami, serta semangat santri dalam menghidupkan nilai-nilai keindahan kaligrafi. Dari MI Watuagung sendiri, terdapat dua delegasi yang turut serta dalam kompetisi ini, yakni Ananda Diva Arshelina Sheza Mecca (Shelin) untuk Lomba Kaligrafi Fase A, dan Ananda Rona Laili Umatul Khoiroh (Rona) untuk Lomba Kaligrafi Fase B.

Prestasi membanggakan yang diraih Ananda Shelin menjadi bukti nyata bahwa semangat belajar dan berkarya tidak mengenal usia. Dengan ketekunan, kreativitas, dan bimbingan dari para guru serta orangtua, Shelin mampu menorehkan prestasi terbaik di tingkat kabupaten.


Dalam kesempatan terpisah, Bapak Mustarom, S.Pd.I., selaku Kepala MI Watuagung, menyampaikan apresiasi dan rasa bangganya atas capaian siswanya tersebut.

“Alhamdulillah, prestasi ini merupakan hasil kerja keras, semangat, dan doa bersama. Kami sangat bangga kepada Ananda Shelin yang telah membawa nama baik madrasah di tingkat kabupaten. Tidak lupa, kami juga memberikan apresiasi kepada Ananda Rona yang telah berjuang dengan penuh semangat. Semoga prestasi ini menjadi motivasi bagi seluruh siswa MI Watuagung untuk terus berprestasi dan membawa harum nama madrasah di berbagai bidang,” ujar beliau.

Kemenangan ini menjadi momentum berharga bagi MI Watuagung untuk terus menumbuhkan semangat kompetitif, kreatif, dan religius di kalangan peserta didik. Dengan dukungan penuh dari dewan guru dan orang tua, madrasah yang berlokasi di Kecamatan Watulimo ini berkomitmen untuk mencetak generasi islami yang berprestasi, berakhlak mulia, dan berjiwa santri sejati.

Selamat kepada Ananda Shelin dan Rona!
Teruslah berkarya dan menjadi inspirasi bagi teman-teman MI Watuagung.
“Dari Madrasah, Kita Menginspirasi Negeri!”

Share:

Terjemahkan

Arsip Digital Online

Mars LP Ma'arif NU